Sumber Gambar: https://www.facebook.com |
Jesajas Pongoh adalah anggota Marsose KNIL di Aceh. Berhasil memberantas Perang Aceh dengan membunuh seorang tokoh penting perjuangan tersebut yaitu TEUKU UMAR!
Jesajas Pongoh lahir di Air Madidi tanggal 7 Mei 1878. Ia teken kontrak masuk tentara tanggal 10 Februari 1897, saat dimana ratusan pemuda setiap tahunnya meneken kontrak menjadi soldadu. Setelah mengikuti pelatihan, ia masuk Marechaussee, korps yang kelak, menurut sebuah media, akan melihatnya sebagai permata.
Tanggal 27 Februari 1906 ia dipromosi sebagai Kopral, 7 Agustus 1906 Sersan Klas 2 dan tanggal 26 November 1921 Sersan Klas 1. Terhitung tanggal 10 Januari 1932 ia pensiun.
Dari tahun 1898 hingga 1904 Jesajas Pongoh mengambil bagian dalam operasi militer di Aceh, dimana ia terlibat pada operasi di Tanah Gayo dan Alas (Gajo en Alaslanden) 1904. Berikutnya, tahun 1904-1905 operasi militer di Sulawesi Selatan, dan selang 1905-1909 di Kleine Soenda Eilanden (Nusa Tenggara).
Dengan beslit kerajaan tanggal 30 September 1903 ia dianugerahi Ridder Klas 4 Militaire Willems Orde untuk operasi militer di Aceh selama semester kedua tahun 1902.
Keberanian Jesajas Pongoh terlihat dalam penyerbuan benteng terkenal Tjot Saunoko. Dengan klewang digigitnya, ia melompat ke dalam benteng sehingga mengejutkan orang Aceh di dalamnya.
Tahun 1904, ia ikut dalam ekspedisi menyeberangi Tanah Gayo yang terkenal dalam sejarah militer Hindia-Belanda dibawah pimpinan Overste G.C.E.van Daalen. Tanah Gayo sebelumnya tidak pernah dimasuki orang Eropa. Bulan Maret tahun itu ia meninggalkan Lho’Seumawe Aceh, dan tiba 5 bulan kemudian di Sibolga (sekarang Sumatera Utara).
Disebutkan di tanggal 18 Maret 1904 Jesajas Pongoh dengan gagah-berani mengambil alih bukit Gemoejang di Gajo Loe Os, meski ditembaki dan terluka lengan kanannya.
Dengan Beslit [Surat Keputusan] Gubernemen tanggal 18 April 1905 ia memperoleh Eervol Vermeld untuk tindakannya selama ekspedisi di tanah Gayo dan Alas bulan Februari sampai Juli 1904.
Selang tahun 1905-1907 ia mengambil bagian dalam operasi militer di Sulawesi Selatan. Dibawah komandan Overste H.N.A.Swart, kelak Gubernur Militer Aceh dan kemudian Vice-President Dewan-Hindia, Jesajas Pongoh menyerbu benteng di Randjang. Karena operasi militer di Sulawesi ini, ia dipromosikan menjadi kopral dan tidak lama berselang sebagai Sersan Klas 2. Lalu dengan beslit kerajaan tanggal 28 Maret 1907 ia memperoleh penghargaan Militaire Willems Orde Klas 3 untuk partisipasinya dalam operasi periode 12 Juli 1905-1 Agustus 1906.
Tahun 1915 dan 1916 ia kembali mengambil bagian dalam operasi militer di Gubernemen Celebes en Onderhoorigheden. Tanggal 28 April 1927 ia memperoleh Medali Emas (Gouden Medaille) untuk penghargaan 25 tahun berdinas militer.
Pada 4 Mei 1927 bersama 27 penyandang Ridder Militaire Willems Orde dari Perang Aceh, ia pergi ke Belanda sebagai utusan tentara Hindia-Belanda menghadiri pemakaman Letnan Jenderal J.B.van Heuts, mantan Gubernur Jenderal. Di Huis ten Bosch Den Haag, ia berkesempatan bertemu Ratu (Wilhelmina), Putri (Juliana) dan Pangeran Hendrik. Ayah enam anak ini kemudian mengaku ketika dia mendapat kehormatan berjabat tangan lalu berbicara dengan Ratu Belanda, merupakan salah satu momen paling indah dalam hidupnya.
Ketika pensiunan Sersan Jesajas Pongoh meninggal di Rumah Sakit Militer di Surabaya pukul 04.00 pagi hari Kamis tanggal 11 Oktober 1934, ia menerima penghormatan luar biasa dan dimakamkan dengan upacara kebesaran militer. Koran-koran Hindia-Belanda, antara lain Soerabaiasch-Handelsblad, hari itu juga, sengaja menurunkan berita kehilangan veteran dari salah satu prajurit paling berani, menyebut penyandang Militaire Willems Orde Klas 3 itu sebagai 'Pahlawan Aceh'.o
CREDIT: MARCEL VAN WUNGKANA
Diposting di grup SDN oleh: Iswadi Arif Jabril
Jangan lupa klik "suka/like" di fanspage Sejarah Dunia Dan Nusantara agar mendapatkan informasi terbaru seputar sejarah.
Dan silakan juga bergabung di grup Sejarah Dunia Dan Nusantara (SDN) Official
___________________________
Disalin dari kiriman Halaman facebook Sejarah Dunia dan Nusantara
diterbitkan pada 25 Mei 2019