Islam Masuk ke Indonesia

Sumber Gambar: https://www.dictio.id
Sri Maharaja Indra Warmadewa atau Sri Indrawarman merupakan seorang maharaja Sriwijaya, yang namanya dikenal dalam kronik Cina sebagai Shih-li-t-'o-pa-mo. Dia adalah Maharaja Sriwijaya kedua yang memimpin Sriwijaya pada sekitar tahun 702–728 menggantikan kakeknya Dapunta Hyang. Dikenal sebagai satu-satunya raja di kerajaan Sriwijaya yang beragama Islam. Walaupun begitu, sebagai seorang keturunan kerajaan Budha terbesar di Indonesia saat itu, sudah bisa dipastikan dia terlahir sebagai seorang budha. 

Sebagai kerajaan maritim, banyak sekali kebijakan kepemimpinanya yang bebas dalam perdagangan internasional.yang menjadikan Sriwijaya pusat perdagangan maritim di kawasan Asia. Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Cina, yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat Sunda. Saat itu, Sriwijaya sangat terkenal dengan hasil pengeluaran lada hitamnya. Selain itu, ada pula aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah.


Hubungan dengan Kekhalifahan Islam

Pada Abad ke tujuh, Islam mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Pada tahun 628 M, Rasulullah SAW mulai menyebarkan misi dakwahnya keseluruh neeri. Dimulai dari mengajak raja-raja, penguasa, dan pemimpin suku untuk memeluk Islam. Diutuslah sahabat Rasulullah SAW yang bernama Syeikh Rukunuddin sebagai utusan ke Sumatra. 

Terdapat satu hadits yang menyebut tentang suatu negeri yang mana diperkirakan negeri tersebut adalah Kerajaan Sriwijaya. Berikut haditsnya:

“…Pada zaman Nabi Muhammad Rasul Allah salla’llahu ‘alaihi Wassalama tatkala lagi hajat hadhrat yang maha mulia itu, maka sabda ia pada sahabat baginda di Mekkah, demikian sabda baginda Nabi: 
Bahwa sepeninggalku ada sebuah negeri di atas angin, Samudera namanya. Apabila ada didengar khabar negeri itu maka kami suruh engkau (menyediakan) sebuah kapal membawa perkakas dan kamu bawa orang dalam negeri (itu) masuk Islam serta mengucapkan dua kalimah syahadat. Syahdan, (lagi) akan dijadikan Allah Subhanahu Wata’ala dalam negeri itu terbanyak daripada segala Wali Allah jadi dalam negeri itu"

Dalam literatur kuno asal Cina tersebut, orang-orang Arab disebut sebagai orang-orang Ta Shih, sedang Amirul Mukminin disebut sebagai Tan mi mo ni’.  Disebutkan bahwa duta Tan mi mo ni’, utusan Khalifah, telah hadir di Nusantara pada tahun 651 Masehi atau 31 Hijriah dan menceritakan bahwa mereka telah mendirikan Daulah Islamiyah dengan telah tiga kali berganti kepemimpinan. 

Dengan demikian, duta Muslim itu datang ke Nusantara di perkampungan Islam di pesisir pantai Sumatera pada saat kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan (644-656 M). Hanya berselang duapuluh tahun setelah Rasulullah SAW wafat (632 M).

Catatan-catatan kuno itu juga memaparkan bahwa para peziarah Budha dari Cina sering menumpang kapal-kapal ekspedisi milik orang-orang Arab sejak menjelang abad ke-7 Masehi untuk mengunjungi India dengan singgah di Malaka yang menjadi wilayah kerajaan Budha Sriwijaya.

[EVENT SEJARAH] Sri Indrawarman,Pemilik dua kerajaan

Di masa Bani Umayyah (661-750 M) dan Bani Abbasiyah (750-1256 M), Daulah Islamiyah mengirim duta-duta resminya ke berbagai pusat peradaban yang bersahabat seperti Cina dan Sriwijaya yang dalam pengucapan lidah mereka disebut sebagai Zabaj atau Sribuza. Kala itu Sriwijaya sendiri tengah menapaki zaman keemasan dengan wilayah kekuasaannya di utara sampai ke Semenanjung Malaka dan di selatan merambah hingga Jawa Barat.

Keakraban antara Sriwijaya dengan Daulah Islamiyah salah satunya bisa dibuktikan dengan adanya dua pucuk surat yang dikirimkan oleh Raja Sriwijaya kepada khalifah masa Bani Umayyah. Surat pertama dikirim kepada Muawiyyah,[1] dan surat kedua dikirim kepada Umar bin Abdul Aziz.[2]


[EVENT SEJARAH] Sri Indrawarman,Pemilik dua kerajaan
Surat pertama ditemukan dalam sebuah lemari arsip Bani Umayyah oleh Abdul Malik bin Umayr, yang disampaikan kepada Abu Ya’yub Ats-Tsaqafi, yang kemudian disampaikan lagi kepada Al-Haytsam bin Adi. Yang mendengar surat itu dari Al-Haytsam menceriterakan kembali pendahuluan surat tersebut:

“Dari Raja Al-Hind yang kandang binatangnya berisikan seribu gajah, (dan) yang istananya terbuat dari emas dan perak, yang dilayani putri raja-raja, dan yang memiliki dua sungai besar yang mengairi pohon gaharu, kepada Muawiyah….”

Buzurg bin Shahriyar al Ramhurmuzi pada tahun 1000 Masehi menulis sebuah kitab yang menggambarkan betapa di zaman keemasan Kerajaan Sriwijaya sudah berdiri beberapa perkampungan Muslim. Perkampungan itu berdiri di dalam wilayah kekuasaan Sriwijaya. Hanya karena hubungan yang teramat baik dengan Dunia Islam, Sriwijaya membolehkan orang-orang Islam yang sudah ada di wilayahnya sejak lama hidup dalam damai dan memiliki perkampungannya sendiri di mana di dalamnya berlaku syariat Islam.

Hubungan yang amat baik tersebut terus berlanjut hingga di masa kekuasaan Bani Umayyah dengan khalifahnya Umar bin Abdul Aziz (717-720 M). Ibnu Abdul al Rabbih secara lebih lengkap memuat korespondensi antara Raja Sriwijaya kala itu, Raja Sri Indravarman (Sri Indrawarman) dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz itu.[EVENT SEJARAH] Sri Indrawarman,Pemilik dua kerajaan

Salah satu isi suratnya berbunyi, 
“Dari Raja di Raja (Malik al amlak) yang adalah keturunan seribu raja; yang beristeri juga cucu seribu raja; yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah; yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu nan harum, bumbu-bumbu wewangian, pala, dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil; kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan. Daku telah mengirimkan kepada tuan hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan. Dengan setulus hati, Daku ingin Tuan mengirimkan kepada kami seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada kami dan menjelaskan kepada kami tentang hukum-hukumnya.”

Ini adalah surat dari Raja Sri Indrawarman kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang baru saja diangkat menggantikan Khalifah Sulaiman (715-717 M).

Khalif Sulaiman sendiri merupakan khalifah yang memerintahkan Trariq Bin Ziyad memasuki Spanyol. Pada masa kekuasaannya yang hanya selama dua tahun, Khalifah Sulaiman telah memberangkatkan satu armada berkekuatan 35 armada kapal perang dari Teluk Persia menuju pelabuhan Muara Sabak (Jambi) yang saat itu merupakan pelabuhan besar di dalam lingkungan Kerajaan Sriwijaya. Armada tersebut transit di Gujarat dan juga di Pereulak (Aceh), sebelum akhirnya memasuki pusat Kerajaan Zabag atau Sribuza (Sriwijaya).

Menanggapi surat dari seorang raja besar Kerajaan Budha yang sangat bersahabat, Khalifah Umar bin Abdul Aziz segera mengutus salah seorang ulama terbaiknya untuk mengajarkan Islam kepada Raja Sriwijaya Sri Indrawarman, seperti yang diminta olehnya. Pada sekitar 717 Masehi, diberitakan ada sebanyak 35 kapal perang dari Dinasti Umayyah hadir di Sriwijaya. Hal ini semakin mempercepat perkembangan Islam di Sriwijaya. pada tahun 718, Raja Sri Indrawarman akhirnya dengan penuh kesadaran menyatakan dirinya memeluk Islam dan sejak itu kerajaannya dikenal orang sebagai “Kerajaan Sribuza yang Islam”. 

Polemik
Sri Indrawarman akhirnya mengucap dua kalimat syahadat. Sejak itu kerajaannya disebut orang sebagai “Kerajaan Sribuza yang Islam”.

Kemudian Sriwijaya membolehkan warganya yang memeluk agama Islam hidup dalam damai dan memiliki perkampungannya sendiri di mana di dalamnya berlaku syariat Islam. Sehingga sangat dimungkinkan kehidupan sosial Sriwijaya adalah masyarakat sosial yang di dalamnya terdapat masyarakat Buddha dan Muslim sekaligus.

Berita tentang pengIslaman kerajaan di Pulau Sumatera tidak begitu disenangi oleh golongan pemerintah Dinasti Tang di Negeri China. Pada pandangan mereka, pengIslaman kerajaan hanya akan menyebabkan aktivitas perdagangan lada hitam mereka tergugat dan terancam.

[EVENT SEJARAH] Sri Indrawarman,Pemilik dua kerajaan
 
Menurut catatan yang ditulis oleh seorang sami[3] Buddha berketurunan Cina bernama I-Tsing, pada ketika itu berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang. Agama rasmi kerajaan Sriwijaya ialah Buddha bermazhab Vajrayana.[4] Pada tahun 680 Masehi, pemerintah Dinasti Tang di China telah bertindak menghantar dua orang pendeta Buddha iaitu Vajrabodhi[5] dan Amoghavajra ke Sriwijaya. Tujuannya ialah untuk mengembangkan agama Buddha bermazhab Mahayana di Sriwijaya serta menyekat pengaruh perkembangan Islam[EVENT SEJARAH] Sri Indrawarman,Pemilik dua kerajaan
 
Sri Indrawarman mengalami tentangan yang sangat hebat sehingga raja-raja setelahnya kembali berasal dari kalangan Budha. “Perkembangan Islam yang begitu ramainya mendapat pukulan yang dahsyat semenjak Kaisar-Kaisar Cina dari Dinasti Tang, dan juga Raja-Raja dari Sriwijaya dari Dinasti Syailendra melakukan kezaliman dan pemaksaan keagamaan.."

Harga yang Harus Dibayar

Pada 730 Sri Indrawarman terbunuh dalam suatu revolusi Istana. Serangan yang dipelopori oleh Dinasti Tang dari Cina telah mengakibatkan Sri Maharaja Indrawarman dibunuh. Akhirnya, (Sribuza Islam atau Zabaq) berganti nama kembali menjadi Sriwijaya. Dan kepemimpinan Sriwijaya diambil alih oleh seorang Maharaja baru.

Keluarganya yang juga telah memeluk Islam, mengungsi ke pedalaman Minangkabau mendirikan kerajaan di Sungaiang berseberangan dengan Kerajaan Darmasraya di Pulau Punjung atau Sungai Dareh.

__________________________________________

Sumur
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sri_Indrawarman
https://kanzunqalam.com/2013/09/28/kerajaan-sriwijaya-dakwah-islam-dan-pelarian-politik
https://www.scribd.com/mobile/doc/81446294/Sejarah-Kerajaan-Pagaruyuang
https://daerah.sindonews.com/read/1026356/29/raja-sri-indrawarman-penguasa-nusantara-pertama-yang-memeluk-islam-1437921846/
http://prpmv1.dbp.gov.my/
https://www.kaskus.co.id/thread/52d62e0f3ecb17ad3a8b4567/sriwijaya-kerajaan-terkaya-dan-nenek-moyang-madagaskar/
http://www.ladangcerita.com/2017/06/raja-sriwijaya-ingin-belajar-agama-pada.html



Referensi

♫ Prof. Dr. HAMKA ; Dari Perbendaharaan Lama; Pustaka Panjimas;cet.III;Jakarta;1996; Hal.4-5.
♫ Peter Bellwood, Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia, Gramedia, 2000. judul asli "Prehistory of the Indo-Malaysian
Archipelago",Academic Press, Sidney, 1985.
♫ lbid, hal.355.
♫ G.R Tibbetts, Pre Islamic Arabia and South East Asia, JMBRAS,19 pt.3, 1956, hal.207.Penulis Malaysia, Dr.Ismail
Hamid dalam "Kesusastraan Indonesia lama Bercorak Islam" terbitan Pustala Al-Husna, Jakarta, cet.1,1989mhal.11
juga mengutip Tibbetts.
♫ M Yusuf Jamil; Tawarikh Raja-raja kerajaan Aceh, hal.47-48.
101 Puteri Dunia Melayu - Sejarah dan Legenda.
Sejarah dan Tamadun Bangsa Melayu.
Pensejarahan Patani.
 


 _____________________________________

Disalin dari: Postingan 'Egag' di Kaskus
Tanggal: 07 Agustus 2017

______________________________________

Catatan Kaki: (oleh Agam van Minangkabau)

[1] Mu'awiyah merupakan anak Abu Sofyan yang merupakan pendiri dan khalifah pertama Daulah Umayyah

[2] Umar bin Abdul Aziz khalifah ke-8 Daulah Umayyah, merupakan cicit dari Khulafu Rasyidin ke-2 Umar bin Khatab.

[3]  Rahib, Pendeta

[4] Di Indonesia lebih dikenal dengan nama Tantrayana

[5] Salah seorang guru agama Budha dari India yang semula beragama Hindu. Ia kemudian melanjutkan pelajaran Budha di Universitas Nalanda dan selanjutnya melakukan perjalanan ke Sriwijaya dengan tujuan Cina. Disana ia menjadi guru di Kuil Jianfu. Untuk lebih jelas lihat wikipedia.

[6] Seorang Biksu Budha yang kuat secara politik di Cina. Lebih lanjut lihat wikipedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar