Pada masa dahulu, sepekan setelah hari raya besar (Aidul Fitri), selepas menunaikan puasa di bulan Syawal, dirayakanlah hari raya yang bernama Hari Rayo Anam di negeri kita. Pada masa Hari Rayo Anam segala karib-kerabat dan handai-taulan yang tak terjelang semasa Hari Rayo Gadang diziarahi. Maka kembali ramailah orang perempuan menenteng bungkusan yang akan dibawa menjelang ke rumah karib kerabat tersebut.
"Tak sempai awak ke rumah akak pada Hari Raya Gadang ini, Hari Rayo Anamlah kami bertandang ke rumah ya kak.." demikianlah salah satu janji yang diucapkan kerabat yang tak sempat menziarahi kerabatnya tersebut.
Pada masa dahulu di negeri kita, apabila beraya ke rumah kerabat maka pastilah dijamu dengan hidangan rendang, gulai, pangek, dan lain sebagainya. Dan kita nan datang bertandangpun mesti makan sebab apabila tidak maka akan sedihlah hati kerabat nan telah bersedia menyambut tersebut. Orang yang tak makan di rumah yang diziarahinya tatkala raya berarti tak memiliki hubungan karib kerabat melainkan hubungan perkawanan atau kenalan biasa. Dengan menyantap hidangan pertanda dekat dan rapat hubungan kita.
Oleh karena itu, tak cukuplah masanya untuk menziarahi seluruh karib kerabat nan banyak jumlahnya itu pada hari raya besar. Sehari hanya beberapa rumah yang terjelangi, apalagi jumlah kue hari raya bertambah banyak dan beragam rasanya hingga berkurang jualah kemampuan lambung itu menampung makanan nan dimakan.
Maka dari itu, Hari Rayo Anam menjadi kesempatan dalam menziarahi kaum kerabat nan tak terjelang tersebut.
Itu dahulu, kini..?
Kini merekapun tak sadar kalau sudah masuk Hari Rayo Anam, bahkan ada nan tak tahu dengan hari raya tersebut. Adat telah ditinggalkan, gonjong telah dirubuhkan, Minangkabau tinggal kenangan..
Baca Juga Ragam Hari Rayo Anam pada beberapa daerah di Minangkabau:
- https://www.tanahdatar.go.id/berita/1217/mandoa-katompat-tradisi-adat-rayo-anam-jorong-sikaladi.html
- http://www.pasbana.com/2016/07/tradisi-adat-rayo-anam-jorong-sikalad.html
- http://riaumandiri.co/read/detail/15628/jefry:-pahami-filosofi-hari-raya-enam.html