Riwayat pembangunannya tidak diketahui dengan pasti, dimasa Kolonial Belanda komplek bangunan ini merupakan sebuah hotel dengan nama "Hotel Centrum" yang merupakan hotel termegah di Bukittinggi pada masa sekitar
tahun 1900-an. Masyarakat Kota Bukittinggi lebih mengenal kompleks ini
dengan nama “BAHOLA”.
Dalam catatan sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, hotel ini dihubungkan dengan peristiwa insiden tiga orang anggota NICA dari Pekanbaru yang
mengatas namakan Sekutu mencoba menaikkan bendera Belanda di Stasiun Kereta Api
Bukittinggi. Akan tetapi, tindakan itu dapat dihalangi oleh para pemuda
(pejuang) sehingga bendera Merah Putih tetap berkibar. Sementara ketiga orang
Belanda itu kemudian diantar ke Hotel Centrum.
Pasca kemerdekaan, hotel ini pernah berubah menjadi Hotel Merdeka. Setelah
tidak berfungsi sebagai hotel, bangunan ini kemudian dipakai oleh Keluarga
Rakhman Tamin. Selanjutnya, oleh keluarga Rakhman Tamin bangunan ini disewakan
kepada Kantor Pos dan Giro sebagai kantor sementara sambil menunggu pembangunan
kantornya selesai. Kemungkinan bangunan yang disewakan tersebut ialah bangunan utama yang menghadap ke Jalan Sudirman, hal ini karena bagian lain dari bangunan ini juga disewakan kepada perorangan untuk pertokoan dan kursus Bahasa Inggris.
Sekarang bangunan ini tidak dipakai lagi, karena Kantor Pos dan Giro sudah
memiliki bangunan yang baru.
Pasa saat sekarang ini (2017) komplek bangunan ini diberi pagar seng karena dalam perkara perihal kepemilikan. Pekarangan bagian dalam ditumbuhi rumput liar yang telah mulai menjadi semak, adapun bangunan sendiri sudah tidak terawat dan pada bagian atap tampak mengelupas bahkan ada yang lepas.