Ilustrasi Gambar: https://www.alinea.id |
Ketika Skenario
herd imunity, tidak lock down, tidak nyepi, yang di ambil pemerintah
secara pribadi saya bisa mengerti. Langsung saja bayangan otak saya
membayangkan apa yang akan terjadi di Indonesia terutama Jakarta dalam
10 dalam 30 hari kedepan.
2000 kena nih, 1 bulan ke depan,
10.000 kena nih. Karena otak saya terlatih Threat analisys, waduh
bagaimana supaya tidak terjadi ya?
Dan yang paling tidak
mengenakan seperti dalam video sebelum ini saya ucapkan terima kasih
kepada pejuang kesehatan, karena anda jadi tameng prajurit terdepan
dalam perang, sehingga kemungkinan terluka atau casualties menjadi
terbesar andalah korbanya.
Skenario ini yang saya tidak setujui
sesungguhnya. Takut seperti di Italia, tenaga medis kena duluan, lalu
siapa yang nolong masyarakatnya?
Peralatan APD alat pelindung
diri untuk dokter perawat tidak lengkap, tidak disiapkan negara sejak 2 (dua)
bulan lalu yang menganggap Covid-19 tak akan masuk ke Indonesia bahkan
turis masih di biarkan lagi masuk termasuk tenaga kerja asing dari
negara pusat terpaparnya Covid 19 ini.
Entah cuek pemerintahnya,
ngak perduli pejabatnya, arogan sok tahu serba bisa pejabatnya, tetap
bela mitranya atau ngak nyandak ilmu bela negara pertahanannya karena
memang ngak pada makan Sekolahan Geostrategi Lemhanas, ngak tahu juga
saya.
Pemilihan tidak lock down sangat dipahami. Karena alasan
ekonomi, negara tidak punya dana, tidak punya daya, apapunlah boleh disebutkan walau sebenarnya ada solusinya namun punya efek negatif, bisa
tidak populer. Kata “tidak populer” ternyata saat ini jauh lebih
menakutkan dari Covid 19 ya.
Ok, tidak mengapa juga. Kita tetap harus menginfokan ke masyarakat apa yang akan terjadi dengan skenario meniru Korea Selatan, katanya.
Korea Selatan dan Jepang kesadaran masyarakatnya tinggi sekali untuk Self Lock Down, Self NYEPI. Mereka ngak usah di pagari tentara seperti
di Wuhan atau Italia. Kesadarannya tinggi. Sepi sendiri Korea Selatan
dan Jepang itu. Work from home [bekerja dari rumah] juga sudah bisa di akses 90% penduduk.
Sementara di Indonesia, kalau di lock down, nyepi pedagang dipasar, pedagang kaki lima di trotoar, ya ngak makan mereka.
Saat ini pilihan sekali lagi tidak lock down tetapi efeknya ekonomi
SLOW DOWNnya panjang, sampai akhir tahun belum bisa melihat jelas, dan
ini banyak yang gerah para pejuang ekonominya. Karena siapa yang bayar
gajih karyawan kami, bagaimana omzet bisnis kami?
Bagi
pengusaha, Lock Down Jakarta, Jakarta nyepi 2 minggu dimana bisa dilakukan skenarionya versi kombinasi ala Saudi dan Korea Selatan. Itu
lebih menjanjikan karena corona bisa lebih cepat teratasi walau pahit
banget 2 minggu ini bagi banyak orang kelas ekonomi di C dan D. Yang
merupakan 70% populasi. Disini peran pemerintah turun tangan harusnya,
saya pastikan lagi, ngak lebih besar dari masalah Jiwasraya.
Tapi okelah, keputusan sudah di ambil. Cara sekarang yang di pilih, cara Belanda. Herd imunity.[1] Singkatnya pilihannya herd imunity ini akan memapar 70-80% penduduk.
Sebagian akan imune (kebal) sendiri, sebagian lagi terpapar hingga 2-3% penduduk
secara bergantian dalam 6 bulan ke depan. Jadi 200.000 yang kena, dan
korban meninggal? Walahualam...
Dalam negara yang HEALTH SYSTEM
nya baik seperti Singapura, Korea Selatan, Jepang mungkin rendah di
bawah 2%, kalau Indonesia masuk ketegori mana saya ngak tahu health
systemnya.
Tenaga medis dengan alat pelindung diri APD terbatas
karena memang 2 (dua) bulan lalu tidak di siapkan karena skenario bencana dan
pertahanan negara tidak faham BIO SECURITY PERPECTIVE. Karena yang faham
tidak punya jabatan dan tidak ada akses ke pemerintahan. Jadi aja
bicaranya lewat sosmed, ekspresi kontribsui bela negara versi orang tak
memiliki apa apa.
Ke depan, demi bangsa dan negara, Indonesia sekarang harus terbuka saja.
Bagaimana kalau kita menyatakan diri “minta bantuan internasional”?
Sebelum terlambat, ayo kita buka diri. Pak SBY [Susilo Bambang Yudhoyono] ketika Tsunami Aceh,
langsung menyatakan tangan terbuka bantuan internasional, kami perlu
bantuan!!!. Ngak usah malu malu atau gengsi.
Atas nama
kemanusiaan, sebaiknya Indonesia buka diri minta bantuan WHO dan dunia,
segera. Sebelum terlambat. Kami tidak akan bilang TIDAK NASIONALIS.
Ingat humanity kemanusiann itu di atas nasionalisme.
Mau menolong
sesama manusia itu tidak melihat agamanya, tidak meilnat
nasioniltasnya, manusia yang manusia dimana-mana sama. Mari kita buka
diri, minta bantuan internasional, dari pada kayak Iran, telat.
_________________________________
Disalin dari kiriman facebook Mardigo WP
Pada hari Ahad 22 Maret 2020
_________________________________
Catatan Kaki oleh Agam van Minangkabau:
[1] Herd Immunity atau Imunitas kelompok sehingga lebih banyak orang kebal terhadap virus demi mengurangi penularan. Herd immunity menggambarkan sebuah skenario di mana
begitu banyak orang menjadi kebal terhadap suatu penyakit, baik melalui
vaksinasi atau paparan, sehingga menjadi sulit bagi virus untuk menyebar
ke seluruh populasi. Silahkan baca lebih lanjut di https://www.alinea.id