[caption id="" align="aligncenter" width="400"] Gambar: https://sunnahedu.wordpress.com*[/caption]Diluar waktu mengaji, dari pukul 9 pagi sampai 6 sanjo, ia menolong ibunya tentang pekerjaan rumah tangga, seperti membeli ini, itu ka pasar, atau kalau sepertinya ia orang miskin, maka ibunya menyuruh akan dia pergi menjual kue-kue, akan penambah (penyisik-nyisik) belanja ayahnya; lagi uang belanja ka surau atau uang iyuran, sekepeng siang, sekepeng malam, pembeli minyak dan sebagainya (dari laba kue yang dijualnya itu). Malam hari ia tidur di surau atau di rumah Rubiah itu; kadang-kadang kalau rumah orang tuanya dekat, pulang ia ka rumah orang tuanya. Pagi-pagi pukul 5 ia bangun, terus berlari ka surau, akan mendapati sembahyang subuh bersama-sama gurunya dan kawan-kawannya; pagi itu dari pukul 6 sampai 8 ia belajar mengaji Kur’an; pada malam ia belajar sakutika dari hal ilmu sambayang, berzikir menurut lagu perempuan Arab.
[Koleksi Naskah, Perpustakaan Universitas Leiden, schoolschriften, MS.OR. 5828/VRSC 675), 18r.
Kehidupan masa dahulu sangat berlainan dengan masa sekarang, sangat jauh perbedaannya. Terutama sekali keadaan peri kehidupan kaum perempuan yang selama ini dipandang telah terlalu banyak diabaikan. Tahukah tuan bagaimana peri kehidupan kanak-kanak perempuan pada masa dahulu?
Pada masa dahulu belum dikenal akan adanya sekolah-sekolah pada masa sekarang, satu-satunya lembaga pendidikan pada masa itu ialah surau. Kita telah banyak mendengar tentang bagaimana pengalaman kanak-kanak lelaki nan menempuh penghidupan surau pada masa dahulu namun tahukah kita bagaimana keadaan kehidupan kanak-kanak perempuan?
Pada petikan tulisan di atas setidaknya kita mendapat sedikit gambaran, walau keadaan nan digambarkan pada tulisan itu berasal dari daerah pesisir. Tentulah sedikit banyaknya terdapat perbedaan dengan keadaan di Darek. Bak kata pepatah di negeri kita "Adat Salingka Nagari, Undang Salingka Alam".
Ada istilah "Rubiah" disana, agaknya ini semacam gelar pada guru perempuan pada masa itu, mungkin sama kiranya dengan gelar "Tuanku" untuk lelaki. Dan disebutkan pula bahwa kanak-kanak perempuan tidur di surau atau rumah Rubiah. Agaknya hal ini perlu mendapat penyelidikan perihal keadaan peri kehidupan kanak-kanak perempuan masa itu.
Sama-kelamaan maka tumbuhlah juga pikiran kepadanya dan bertambah-tambah juga cerdiknya, maka tahulah ia menimbang dari pada baik dan jahat yaitu jikalau ia sudah berumur kira-kira 10 atau 11 tahun dan tahulah ia menolong pekerjaan ibu bapanya, seperti ka sawah dan ka ladang dan pandailah ia pergi bertoboh (berkelompok) sama-sama kawannya dan ada juga yang pergi menurutkan toboh laki-laki.
[Koleksi Naskah, Perpustakaan Universitas Leiden, schoolschriften, MS.OR. 5828/VRSC 675), 19r.
Pada tulisan berikut kita dapat perihal aneka macam permainan kanak-kanak perempuan pada masa itu. Tentang apa yang mereka lakukan dalam menghabiskan waktu luang mereka. Ada kata "toboh" yang rupanya berarti "berkelompok" suatu perkataan yang pada masa sekarang sudah sangat langka kita temui pada masa sekarang. Terken kami dengan salah satu nagari yang terdapat di Luhak Agam ini, "Bukik Batoboh" namanya, kalau memang erti dari kata batoboh itu demikian maka erti dari nama nagari itu ialah "Bukit Berkelompok".
__________________________
* Pada keterangan foto di blog https://sunnahedu.wordpress.com disebutkan kalau sumbernya berasal dari KITLV Belanda yang merupakan sebuah lembaga Pemerintah Kerajaan Belanda yang bertujuan mempelajari kebudayaan negara di Asia Tenggara dan Karibia. Tatkala dilacak alamar url KITLV yang fotonya sudah tidak ada namun masih terdapat keterangan foto yang menyebutkan bahwa foto ini diambil di Prabumulih Padang Darat (Gebed in de moskee van Praboemoelih in de Padangse Bovenlanden). Sangat aneh karena Prabumulih terdapat di Sumatera Selatan,