Tulisan ini disalin dari postingan di blog; aswilblog.wordpress.com.
Ini satu lagi tokoh pejuang bangsa Indonesia yang luput dari perhatian kita. Agar lebih mudah membacanya, artikel diatas saya ketik ulang dibawah ini.
Dengan sedih kita terima dari Hidjaz soerat jang mengatakan bahwa pada boelan Februari tgl 11 telah meninggal doenia seorang Oelama Islam jang sangat besar djasanja terhadap igama dan tanah airnja, toean Djinan Taib. Sakitnja hanja dalam setengah boelan sadja, dan beliau berkata, sebagai oetjapan jang menjedihkan beberapa hari sebeloem meninggal. “Agaknja ketjintaan saja akan menemoei Tanah Air saja jang akan berdiri sendiri diboemi ALLAH ini tidak akan sampai, dan panggilan ALLAH soedah dekat pada saja”. Oetjapan beliau sangat mengharoe seloeroeh bangsa Indonesia di Hidjaz, karena semoea orang tahoe bahwa beliau soedah meninggalkan Indonesia sedjak tahoen 1911 dan selama itoe poela setiap sa’at kehidoepannja penoeh dengan ketjintaan kepada igama dan bangsanja.
[caption id="" align="aligncenter" width="282"] Ka'bah Tempo Dulu[/caption]Disini saja tjamtoemkan riwajat pendek dari kehidoepan beliau jang telah saja pandang sebagai goeroe dan kawan seperdjoeangan sedjak tahoen 1928.
Djinan Taib dilahirkan di Sarik Boekit Tinggi kira-kira 56 tahoen jang laloe, dan pada th. 1911 sesoedah tamat dalam peladjaran di Minangkabau beliau berangkat ke Mekkah. Disitoe melandjoetkan peladjaran dengan Sjeh Ahmat Chatib jang dikenal sebagai imam Sjafei’ dalam pemerintahan Toerki. Dalam peperangan besar jang pertama beliau berangkat ke Cairo, dan di Cairo mendjadi moerid di Azhar. Selama dalam peperangan besar itoe beliau selaloe menderita berbagai kesangsaraan jang pahit berangkat kesana sini antara Palestina, Syria dan Egepty. Tahoen 1924 beliau menerima Idjazah jang penghabisan dari Azhar sebagai poetra Indonesia jang pertama mendjadi anggota Al Azharalsjarif.
Kemoedian dalam tahoen itoe djoega beliau bangoenkan perhimpoenan peladjar bangsa Indonesia dan Tanah Malaja di Cairo, dengan nama Al Djamijjah Chairijjah dengan pimpinan beliau sendiri sebagai Ketoea dan sdr. Iljas Jacoeb pembantoenja. Setahoen kemoedian beliau teroes kenegeri Belanda sebagai mengkaboelkan permintaan dari kawan2nja peladjar2 bangsa Indonesia disitoe teroetama sdr. Moehammad Hatta dan sdr. Sartono jang pembatja ketahoei beliau ini kemoedian mendjadi bapa pergerakan kebangsaan Indonesia.
Tida lama kemoedian toean Djinan Taib berangkat ke London dan Paris meneroeskan peladjarannja dalam Ilmoe oemoem. Pada tahoen 1928 beliau kembali ke Cairo dalam perdjalanannja ke Hidjaz. Di negeri soetji itoe beliau diterima oleh radja Abdul ‘Aziz dan didjadikan sebagai Moestasjar (penasihat) dan kemoedian diangkat mendjadi wakil Khadi bangsa Indonesia dan Inspektoer peladjaran dan pendidikan seloeroeh Hidjaz.
Dalam tahoen 1927 beliau dengan menghadapi beberapa rintangan, telah membangoenkan di Mecca perhimpoenan Indonesia jang pertama2 dengan nama Madjelis Sjoera Indonesia serta beliau bangoenkan disamping itoe satoe pergoeroean dengan nama Madrasah Indonesia jang tetap beliau kendalikan hingga napasnja jang pengabisan. Begitoelah Al Marhoem dalam sedjarah kehidoepannja selaloe membangoen dan berdjoeang dengan tidak bosan2 dengan sabar dan tabah menderita kepahitan hidoep dalam berbagai2 zaman pantjaroba, karena dengan mata sendiri beliau saksikan keroeboehan kekoeasaan Turky, Sjarif Hoesin dan Sjarif ‘Ali serta datangnja pemerintahan Saoe’di. Saja ingat setiap2 bangsa Indonesia jang datang kepadanja sebagai minta nasihat dalam berbagai hal, beliau selaloe berkata“perboeatlah dalam segala kesanggoepan yang meoentoengkan kepada Igama dan tanah air dan djangan poetoes harap.”
Djinan Taib dalam sedjarah kehidoepannja adalah sebagai seorang pertapa jang sangat sabar dan djoedjoer, sebagai seorang Oelama jang soedah mempoenjai riboean moerid disegenap pelosok Indonesia, sebagai pemimpin Moeslim National’s jang tegoeh pendirian. Beliau meninggal dalam kehidoepan jang melarat djasmaninja, sehingga seloeroeh bangsa Indonesia jang di Hidjaz kehilangan bapa dan goeroe jang soesah menggantinja. Sebagai penoetoep saja sampaikan amanat beliau sebeloem mati, “Salam saja dan kerindoean saja ketanah air dan kepada semoea pemimpin Indonesia”, moedah2an ALLAH membalas djasanja dengan Sjoerga. Amin!!! (H.M.L.)
Catatan tambahan:
Anak cucu almarhum uztad Djinan Taib kini telah menjadi warga Arab Saudi. Cucu beliau, Nursyam Abidin, arsitek lulusan Jerman beberapa tahun lalu diangkat menjadi pejabat tata kota di Jeddah. Ketika saya diajak berkunjung ke rumah ibu Munira (putri almarhum) di Jeddah tahun 2001, beliau tampak tidak fasih berbahasa Indonesia, tetapi justru lebih lancar berbahasa Minang dan sangat suka dengan gulai rendang.
Setelah disesuiakan dengan ejaan masa sekarang {penyesuaian ejaan oleh admin melancongkebukittinggi.wordpress.com} :
Dengan sedih kita terima dari Hijaz surat yang mengatakan bahwa pada bulan Februari tanggal 11 telah meninggal dunia seorang Ulama Islam yang sangat besar jasanya terhadap Igama [agama] dan tanah airnya, Tuan Djinan Taib. Sakitnya hanya setengah bulan saja, dan beliau berkata, sebagai ucapan yang menyedihkan beberapa hari sebelum meninggal, “Agaknya kecintaan saja akan menemui Tanah Air saya yang akan berdiri sendiri di bumi Allah ini tidak akan sampai, dan panggilan Allah sudah dekat pada saya..”.
Ucapan beliau sangat mengharukan seluruh bangsa Indonesia di Hijaz, karena semua orang tahu bahwa beliau sudah meninggalkan Indonesia semenjak tahun 1911 dan selama itu pula setiap saat kehidupannya penuh dengan kecintaan kepada Igama dan bangsanya.
Disini saya cantumkan riwayat pendek dari kehidupan beliau yang telah saya pandang sebagai guru dan kawan seperjuangan sejak tahun 1928;
Djinan Taib dilahirkan di Nagari Sariak, Bukit Tinggi Luhak Agam kira-kira 56 tahun yang lalu, dan pada tahun 1911 sesudah tamat dalam pelajaran di Minangkabau beliau berangkat ke Mekah. Disitu melanjutkan pelajaran dengan Syech Ahmad Khatib yang dikenal sebagai Imam Syafe’I dalam Pemerintahan Turki.
Dalam peperangan besar yang bertama beliau berangkat ke Kairo, dan di Kairo benjadi murid di Azhar. Selama dalam peperangan besar itu beliau selalu menderita kesengsaraan yang pahit. Berangkat kesana-sini antara Palestina, Syiria, dan Mesir. Tahun 1924 beliau menerima ijazah yang penghabisan dari Azhar sebagai Putera Indonesia yang Pertama Menjadi Anggota Al Azhar Al Syarif.
Kemudian dalam tahun itu juga beliau bangunkan perhimpunan pelajar Bangsa Indonesia dan Tanah Malaya di Kairo, dengan nama Al Jamiyyah Chairiyyah dengan pimpinan beliau sendiri sebagai ketua dan saudara Ilyas Yakub pembantunya. Setahun kemudian beliau terus ke negeri Belanda sebagai mengkabulkan permintaan dari kawan-kawannya pelajar-pelajar bangsa Indonesia di situ terutama saudara Muhammad Hatta dan saudara Sartono yang pembaca ketahui beliau ini kemudian menjadi bapak pergerakan kebangsaan Indonesia.
Tidak lama kemudian Tuan Djinan Taib berangkat ke London dan Paris. Pada tahun 1928 beliau kembali ke Kairo dalam perjalanannya ke Hijaz. Di negeri suci itu beliau diterima oleh Raja Abdul Aziz dan didjadikan sebagai Mustasyar (penasehat) dan kemudian diangkat menjadi Wakil Khadi bangsa Indonesia dan Inspektur Pelajaran dan Pendidikan seluruh Hijaz.
Dalam tahun 1927 beliau dengan menghadapi beberapa rintangan, telah membangunkan di Mekah Perhimpunan Indonesia yang pertama-tama dengan nama Majelis Syura’ Indonesia serta beliau bangunkan disamping itu satu perguruan dengan nama Madrasah Indonesia yang tetap beliau kendalikan hingga nafasnya yang penghabisan.
Begitulah almarhum dalam sejarah kehidupannya selalu membangun dan berjuang dengan tidak bosan-bosan dengan sabar dan tabah menderita kepahitan hidup dalam berbagai-bagai zaman pancaroba. Karena dengan mata sendiri beliau saksikan kerubuhan kekuasaan Turki, Syarif Husein dan Syarif Ali serta datangnya pemerintahan Saudi. Saya ingat setiap-tiap bangsa Indonesia yang datang kepadanya sebagai minta nasihat dalam berbagai hal, beliau selalu berkata “Perbuatlah dalam segala kesanggupan yang menguntungkan kepada Igama dan tanah air dan jangan putus harapan.”
Djinan taib dalam sejarah hidupnya adalah sebagai seorang pertapa yang sangat sabar dan jujur, sebagai seorang ulama yang sudah mempunyai ribuan murid disegenap pelosok Indonesia, sebagai pemimpin muslim nasional yang teguh pendirian. Beliau meninggal dalam kehidupan yang melarat jasmaninya, sehingga seluruh bangsa Indonesia yang di Hijaz kehilangan bapa [bapak] dan guru yang susah menggantinya . Sebagai penutup saya sampaikan amanat beliau sebelum mati “Salam saya dan kerinduan saya ke tanah air dan kepada semua pemimpin Indonesia”. Mudah-mudahan Allah membalas jasanya dengan syurga. Amin!!! (HML)
_________________________
Sumber tulisan:
https://aswilblog.wordpress.com/2009/10/02/sekilas-tentang-uztad-djinan-taib-asal-sarik-bukittinggi/
baca juga:
[1] http://syeikhyasinalfadani.blogspot.co.id/2012/12/syeikh-djanan-thaib.html
[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Djanan_Thaib