Mengenai nasab ayah di Minangkabau, saya dahulu pernah menulis tentang nama orang Minangkabau sebelum zaman Demokrasi Terpimpin.
Jadi pada zaman dahulu, selain nama-nama orang Minangkabau zaman dahulu yang berbau Arab (bandingkan dengan nama-nama modern yang populer seperti Hendri, Jhon, Renaldi, dll), ialah hal umum juga jika seseorang menambahkan nama ayah di belakang nama untuk memperpanjang nama. Penambahan nama suku (Koto, Piliang, Caniago, Tanjung, Domo, dll) sebagai nama belakang malah masih belum marak pada masa itu.
Jadi, orang Minangkabau zaman dahulu banyak yang menerapkan patronimik, yakni dalam menulis nama sendiri, nama ayah diletakkan di belakang nama diri. Sistem nama ini dipakai beberapa tokoh terutama yang lahir sebelum PRRI. Contoh:
- Agus bin Muhammad Salim -> Agus Salim
- Ilyas bin Yakub -> Ilyas Yakub
- Khatib bin Sulaiman -> Khatib Sulaiman
- Rasuna binti Muhammad Said -> Rasuna Said
Sistem nama ini umumnya tak diterapkan jika nama dirinya lebih dari satu kata. Misalnya, Abdul Halim, Muhammad Attar (Hatta), Muhammad Yamin, dan Sutan Syahrir tak mencantumkan nama ayah mereka di belakang nama diri. Walau demikian, ada beberapa tokoh dengan nama diri lebih dari satu kata yang masih mencantumkan nama ayah. Contoh:
- Adnan Kapau bin Abdul Gani -> Adnan Kapau Gani
- Ali Akbar bin Nafis -> Ali Akbar Nafis
- Baginda Dahlan bin Baginda Abdullah -> Baginda Dahlan Abdullah
- Muhammad Nazir bin Muhammad Isa -> Muhammad Nazir Isa
Beberapa tokoh bahkan memperpanjang namanya sampai nama kakek. Contoh:
- Abdul Malik bin Abdul Karim bin Muhammad Amrullah -> Abdul Malik Karim
Disalin dari kiriman FB: Ammar Syarif