Macam Penghulu Nan Ampek
Dilihat dari segi sifat dan tingkah laku (perangai) yang dimiliki oleh seorang penghulu di Minangkabau di bagi atas 4 macam yaitu :
1. Penghulu
Seorang penghulu / ninik mamak harus memiliki sifat dan tingkah laku serta kepribadian sesuai dengan sifat dan tingkah laku sebagaimana yang diinginkan oleh adat. Tipe penghulu yang ideal yang diinginkan oleh adat adalah penghulu yang mempunyai sifat-sifat kesempurnaan. Penghulu yang seperti ini diungkapkan dalam ketentuan adat yang berbunyi:
“Penghulu bak ibarat kayu gadang ditangah koto”.
Tinggi nan tampak jauah,
Dakek jolong basuo
Ureknyo tampek baselo,
Batangnyo tampek basanda
Daunnya tampek balinduang
Tampek balinduang kapanasan
Tampek bataduah kahujanan
Dahannyo tampek bagantuang
Daunnyo rimbun dek adat
Buahnyo kato nan bana
Kapai tampek batanyo
Kapulang tampek babarito.
Artinya tingkah laku (carakter) serta sifat yang di miliki oleh penghulu tersebut tercermin budi pekerti yang mulia, mampu menjaga martabatnya sebagai pemimpin, melakukan tugas kewajibannya dengan baik sesuai dengan ketentuan adat. Dari karakter penghulu seperti ini diharapkan lahir anak kemenakan yang berkualitas demi untuk memimpin kaum, korong/kampuang dan nagari, karena didik dan dibimbing oleh pemimpin yang berkualitas.
2. Pangaluah (Pengeluh, suka mengeluh)
Yaitu penghulu yang sifatnya suka mengelu/tidak sabar dan pencemas, serta putus asa, sebagai refleksi dari ketidak mampuannya dalam memimpin anak kemenakan. Penghulu seperti ini tidak akan mampu menyelesaikan bermacam-macam persoalan yang timbul dalam kehidupan anak kemenakan (kaum), begitu pula dalam kehidupan suku, korong kampuang dan nagari. Tipe atau karakter penghulu seperti ini tidak diinginkan oleh adat minang kabau.
3. Pengalah (Pangalah, Suka mengalah)
Yaitu penghulu / ninik mamak yang tidak mempunyai kepercayaan diri (tidak punya pendirian) karena lemahnya pengetahuan yang dimiliki, baik pengetahuan adat dan agama maupun pengetahuan umum lainnya. Penghulu seperti ini tidak memahami hak dan kewajiban terhadap anak kemenakan, apalagi terhadap suku, korong kampuang dan nagari. Ia tidak pantas untuk kapai tampek batanyo, kapulang tampek babarito oleh anak kemenakanya, apalagi oleh anggota/warga suku, korong kampuang dan nagari. Penghulu seperti ini tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin / penghulu. Pada umumnya penghulu seperti ini tidak mempunyai kemampuan untuk berbicara (berkomunikasi) dengan anak kemenakan, padahal kemampuan untuk berkomunikasi ini merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang penghulu.
Dalam pertemuan-pertemuan dan musyawarah yang dilakukan dalam lingkungan korong kampuang dan nagari, penghulu seperti ini cenderung jadi pengikut pendapat orang banyak, karena tidak punya pendirian. Penghulu yang mempunyai sifat suka mengalah ini, tidak pantas untuk menjadi pemimpin dalam kaumnya, apalagi dilingkungan korong kampuang dan nagari.
4. Pangelah (Pangelah, Suka mengabaikan tanggung jawab)
Penghulu pangelah ini tidak jauh berbeda dengan penghulu pengalah, sifat yang menonjol dimiliki oleh penghulu seperti ini adalah suka mengabaikan tugas dan kewajibannya sebagai pemimpin. Ia cenderung egois, suka mementingkan kepentingan pribadi dan mengabaikan kepentingan anak kemenakan. Penghulu seperti ini tidak akan mampu melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pemimpin baik dilingkungan kaum (anak kemenakan) maupun dilingkungan korong/ kampuang dan nagari