Sumber Gambar: https://www.facebook.com |
Oleh: Sylvia Alena Seruni
Perdukunan bagi masyarakat minang lazim digunakan untuk metode
pengobatan non-medis.[1] Misalnya ada dukun tulang untuk pengobatan patah
tulang, dukun gigi, dukun beranak di masa lalu, jauh sebelum teknis
perbidanan diperkenalkan. Atau kerapkali dikenal dengan sebutan pawang,
seperti pawang hujan, pawang ular, pawang buaya dll. Dukun dan pawang
keduanya merujuk pada orang-orang yang memiliki ilmu magis pada bidangnya masing-masing.[2]
Salah satu bidang perdukunan yang kerap kali dianggap berhaluan kiri
adalah dukun dengan ritual Gasiang Tangkurak. Dipercaya ritual ini
memiliki kekuatan magis yang sangat kuat, sehingga tidak hanya bisa
mempengaruhi pemikiran korban, tapi juga jasad korban. Banyak orang
menganggap, orang (terutama perempuan) yang kena magis gasing ini sampai
memanjat dinding dan berjalan tanpa sadar.
Gasiang Tangkurak
terbuat dari bagian tengkorak mayat yang dipotong berbentuk bundar
kemudian diberi dua buah lubang ditengahnya. Ada banyak kepercayaan
mengenai tengkorak yang diambil, ada yang mengambil tengkorak dari
anak-anak, ada juga dari perempuan yang meninggal saat melahirkan, atau
dari tengkorak gadis yang masih perawan. Bagian yang diambil biasanya
adalah bagian dahi, kemudian dibentuk, dilubangi dan diberi kaitan
dengan tali kain kafan.
gasiang batali jo kain kapan
dipatang kamih malam jumaaik
gasiang tangkurak nan den mainkan putuihnyo gasiang putuih ma’ripaik’[3]
Saat seorang laki-laki ditolak cintanya, kemudian meminta bantuan dukun
untuk ritual gasing ini agar perempuan berubah mau menerima lelaki
tersebut. Lelaki memberikan emas sebagai ‘tanda jadi’. Jika gagal maka
emas dikembalikan oleh dukun, jika berhasil maka lelaki harus memberi
tambahan upah.
Efek magis yang diterima perempuan biasanya
menjerit-jerit tanpa kendali, dipaksa bangun dan berjalan untuk
melakukan perintah dukun ataupun menemui laki-laki yang mengupah
tersebut. Bagaimanapun caranya, bahkan memanjat dinding bila itu perlu
dan mungkin. Banyak juga yang akhirnya perempuan korban ini dikurung dan
menjadi gila akibat dipengaruhi oleh mantra gasiang tangkurak.
Gasing tangkurak sudah sangat lama ditinggalkan, akan kebenaran kabar
dan tuahnya juga Allahu ‘Alam. Yang pasti, dengan masuknya Islam ke Minangkabau. Praktik gasing tangkurak dan perdukunan yang dianggap
syirik dan menyekutukan tuhan diberantas habis oleh para Angku[4] dan Ulama
Minang.
Karena bagaimanapun, Ideologi masyarakat minang sudah
sangat jelas ditulis dengan tinta emas. Tidak akan lapuk karena hujan,
tidak lekang oleh panas. Yaitunya Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi
Kitabullah.
_______________________________________
Disalin dari kiriman Irwan Efendi
Digrup Facebook Ranah Minang: Maso Saisuak & Maso Kini
Hari Ahad 08 Jumadil Akhir 1441/ 02 Februari 2020
_______________________________________
Catatan kaki oleh Agam van Minangkabau:
[1] Di Minangkabau 'dukun' tidak hanya mengacu ke satu bidang pekerjaan (profesi) sahaja. Ada dua macam 'dukun' yakni Dukun Non Magis dan Dukun Magis (kalau boleh dibuat istilah semacam itu). Dukun Non Magis lebih menyerupai Tabib (Dokter) dengan keahlian khusus (spesialis) layaknya Dokter Spesialis masa sekarang. Seperti yang disebutkan pada kalimat berikutnya yakni Dukun Tulang (Dokter Tulang), Dukun Gigi (Dokter Gigi), Dukun Anak (Dokter Anak), Dukun Beranak (Dokter Kandungan), dan lain sebagainya.
Sedangkan Dukun Magis merupakan dukun dengan kemampuan metafisik yang diluar jangkauan logika. Menurut pengetahuan orang-orang mereka bersekutu dengan makhluk halus. Dukun ini dibagi pula kepada dua jenis: Dukun Putih dan Dukun Hitam.
Dukun Putih dapat disamakan dengan White Wizard dalam masyarakat Barat. Dalam pengetahuan orang Timur yang menganut Kebudayaan Islam mereka 'berkawan' dengan makhluk halus ('jin' dalam kepercayaan Islam) yang beragama Islam. Mereka taat menjalankan perintah agama, ketat dalam menjalankan Syari'at, dan terpantang menyakiti. Ilmu yang mereka miliki hanya boleh dipakai untuk membantu orang.
Sebaliknya Dukun Hitam atau Black Wizard kerap menggunakan Black Magic dalam aksinya (Atau dalam tulisan ini 'Dukun Berhaluan Kiri'). Mereka bersekutu dengan 'Jin Kafir' dan kerap menyakiti bahkan terkadang membunuh. Dalam kasus ini mereka kerap dijadikan sebagai 'Pembunuh Bayaran' oleh klien mereka.
[2] Lihat kembali Catatan Kaki No. [1]
[3] Salah satu petikan mantra dari Gasiang Tangkurak (Gasing Tengkorak) yang artinya kurang lebih:
Gasing bertali dengan kain kafan
Di petang Kamis malam Jum'at
Gasing Tengkorak yang aku mainkan
Putus ia gasing (maksudnya; selesai bermain gasing) putus ma'rifat (maksudnya; telah tahu akan hasilnya)
[4] Angku pelafadzan dalam Bahasa Minangkabau atau dimelayukan menjadi 'Engku'. Merupakan panggilan sehari-hari untuk lelaki. Untuk lebih lanjut silahkan baca tulisan yang berjudul Tuan, Engku, Rangkayo & Encik