Ilustrasi Gambar: https://www.youtube.com |
(Cerita part 3 - final part menghadapi pejabat nakal dengan jurus ashole)
Sekembalinya dari Pacific Place dimana saya langsung memanggil rapat termasuk mas Antara yang khususnya akan di probing dan digging informasi lebih dalam lagi.
Saya merasa heran kok mereka tahu no telfon Mas Antara. Bagaimana mereka bisa tahu? Lalu ada hal yang cukup mengganggu jalan pikiran saya. yaitu Mas Antara bau pulang dari perjalanan keluar negeri selama 1 bulan dan baru saja di hari Senin saya “hand over” ke dia pekerjaan tersebut Rabunya peristiwa ini terjadi.
Kok mereka bisa tahu bahwa yang “in charge” sekarang Mas Antara?. Dimana selama 1 bulan sebelumnya saya yang meng-cover pekerjaan tersebut. Kemudian pas lagi semua direksi tidak di tempat, semua keluar kota sehingga tongkat komando di kantor untuk proyek di kota C ini ya Mas Antara posisi tertingginya.
Juga terlebih lagi, mereka tahu bahwa minggu kemarin kita mengajukan izin prinsip dan memang prosesnya tinggal teken, tinggal tanda tangan Pak Bupati. Sehingga secara psikologis Mas Antara bahwa jadinya izin prinsip membuat “sense of urgency” atau radar pentingnya Mas Antara menyala sehingga pilihannya menjadi sedikit.
Menganalisa seperti hal ini adalah pekerjaan awal untuk memahami situasi. Alasan yang utama adalah jangan sampai kejadian lagi. dan kita memutuskan akan meneruskan komunikasi dengan bupati gadungan tersebut. Namun ternyata sewaktu di hubungi no telfon sudah tidak bisa menyambung lagi. alias kita kehilangan kontak.
Disini kita mulai melakukan kalkulasi. Kok dia mendadak tidak bisa di hubungi. Padahal selama Rabu sampai Senin pagi tadi komunikasi masih baik, sekarang sorenya langsung tidak ada kontak. Bahkan sampai keesokan hari dan lusanya. Bupati gadungan tersebut mendadak raib, menguap entah kemana.
Kamipun melupakan dengan cepat kejadian tersebut. Dalam kalkulasi dagang, saya mengatakan kepada team, selama tidak melebihi anggaran yang sudah disetujui untuk anggaran pengurusan perizinan, angka yang dimakan bupati gadungan tersebut masih bisa di tolerir. Dan minggu kemudian ketika akan mengambil izin prinsip maka kami pun di telfon oleh staff bupati Pak K.
Kalau ada skedul ke C mohon menghadap ke Pak Bupati untuk kordinasi. Maka Mas Antara sebagaimana tugasnya berangkat ke C keesokan harinya. Bukan memenuhi panggilan namun lebih karena perizinan lainnya harus segera di selesaikan, UKL, UPL, AMDAL, HO dll.
Dan kebetulan saya hari itu sedang ke Bandung bersama pak DB. Tujuan kami di Bandung adalah menginterview beberapa orang calon manajer. Dimana saat ini pertumbuhan bisnis demikian cepat bergerak hampir disemua lini. Hal ini membuat kami kesulitan merekrut manajer handal. Selain itu harganya tidak ada yang murah.
Mencari hingga ke Kota Bandung menjadi keharusan. Interview langsung di tempat mereka saat ini bekerja. Hal ini agar kami bisa menganalisa bagaimana cara dia memimpin organisasi. Kita memerlukan orang yang memiliki integritas tinggi, loyal pada profesinya, memiliki leadership yang mumpuni. Ini semua tidak mudah mencari orang dengan komplit paket sepeti hal tersebut. Dan disinilah tantangannya, kalau mereka berhasil kita pikat hatinya, maka kecepatan tumbuh organisasi kita menjadi sebuah kepastian.
Perusahaan atau organisasi adalah benda mati. Yang menghidupkan adalah SDMnya dan ruhnya ada pada pimpinannya. Dan mencari para jendral lapangan ini merupakan seni taktik bisnis. Bahkan dalam 36 taktik perang Tzun Tsu jendral besar Cina yang taktik perangnya dipakai hingga saat ini di westpoint. Mengajarkan jendral ber-attitude itu di letakan di pelajaran no 1.
Sehingga sewaktu mendapat telfon dari Mas Antara mengenai berita terbaru di lapangan cukup memecah konstrasi.
"Pak, barusan saya di telfon pak K, besok kalau ketemu pak bupati tolong siapkan uang untuk uang jasa izin prinsip?!" Saya sungguh heran dengan info ini.
Terus? Saya bertanya ke mas antara "Saya tidak bawa uang pak, dan saya tidak mau membayarkan hal tersebut. Dan pak K mengatakan sebelum ketemu Pak Bupati uang harap serahkan ke Pak Kepala Dinas Perizinan. Kalau tidak diserahkan ya ngak boleh ketemu pak bupati."
"Ini loh pak ada hal yang menggangu saya," Mas Antara menghentikan kalimatnya yang dilanjutkan setelah mengatur nafas…ada kalimat dia yang persis sama dengan orang yang kemarin mengaku sebagai bupati yaitu kata-kata, "Sebelum ketemu bupati transfer dulu atau bayarkan dulu uangnya."
Intonasi kata-kata dan kalimatnya sama dengan bupati gadungan. Begitu pak K ngomong seperti itu, alarm saya mendadak nyala pak. "Kok sama ya?" Dan saya langsung hilang percaya dengan pak K. dan saya memutuskan tidak ketemu pak bupati yang di rencanakan nanti malam jam 8. "Jadi saya pulang segera pakai pesawat terakhir ke Jakarta pak."
Saya pun mengangguk menyetujui walaupun masih banyak hal yang lalu lalang di pikiran saya. masak pak K yang main, masak pak K berani minta uang dimana baru kejadian beberapa hari yang lalu bupati gadungan ngerjain kita sekarang dia minta langsung. Dan saya pun mengatakan "Sebaiknya kamu kabari Pak Bupati bahwa kamu tidak bisa memenuhi undangan tersebut karena mendadak dipanggil pulang direksi. Kamu ada no Pak Bupati asli kan?: Yang dijawab iya oleh Mas Antara
Setelah tutup komunikasi dengan Mas Antara. pikiran saya masih tercantol di masak sih - masak sih pak K “main”. pikiran tersebut menjadi buyar ketika telfon saya berdering dimana di seberang sana pak K menghubungi saya.
"Pak, ini Pak Antara bagaimana, langsung meninggalkan pulang hanya dengan mengabari Pak Bupati lewat sms.."
"Lah, tadi Pak Antara lapor saya. dia ngak bawa uang buat Pak Bupati, tadi pak K bilang kalau ngak bayar ya ngak usah menghadap bupati. Jadi dia pulang." demikian saya membela Antara
"Wah, pak bupati marah sekali pak dengan pak antara. Ngak sopan dia itu. Ini jam 8 malam mana semua kepala dinas hadir lagi buat pertemuan ini yang dikordinir bupati. Terus kemarin padahal sebelum berangkat saya sudah ingatkan untuk bawa uang buat izin prinsip yang diserahkan kepala dinas perizinan."
Saya pun berkata, "Sebentar pak, saya hubungi Pak Antara dulu dimana posisinya. Dalam hati saya memerlukan konfimasi mengenai “uang buat izin prinsip diserahkan ke kepala dinas perizinan”.
Sesambungan telfon dengan Mas Antara dia mengatakan, " Iya, kemarin saya ketemu dengan Kepala Dinas dan dia memberikan tariff sesuai dengan tariff yang tertera dalam pedoman Pemda. Saya sudah bayarkan pak. Dan urusan “titipan” pak bupati kami ( Antara dan Kepala Dinas) tidak bicara apa-apa. Dia nanya juga tidak.
Mendapat info tersebut saya tel pak K. "pak..pak antara sudah bayar sesuai tariff pemda . lalu uang apa yang bapak maksud..?"
"Itu lo, uang buat Kepala Dinas dan anak-anak. pelicin buat mereka juga Buat Pak Bupati. Ini semua lewat saya nanti pak aturnya."
Kalimat terakhir ini mengkonfirm sesuatu. Bagi saya ini adalah meng-iya kan sebuah praduga menjadi petunjuk dan menjadi bukti. Itu adalah cara kerja intelegen sederhana dalam mengambil kesimpulan cepat. Ini petunjuk kuat – hint atau clue. Saya pun mulai mengatur strategi "mau saya apain ini orang ya."
Di sisi seberang sana, terus saja pak K nyerocos bahwa pak bupati marah dengan pak antara, pak bupati kecewa dengan cara kami atau cara saya berbisnis. Tidak mengerti etika umum dalam pengurusan perizinan. Dia mengatakan bahwa kerjasama dengan lainnya akan di hambat kalau begini, izin-izn bisa ngak lancer karena kekakuan kami berbisnis. Dan dia mulai menekan dengan kiasan-kiasan cerita.
Cukup, kata saya dalam hati. Maka setelah telfonya di tutup, saya dial no telfon pak bupati. Saya adalah orang yang “asshole” dalam urusan manajemen beginian, saya banyak dikenal sebagai “pain in the ass” bagi banyak orang yang “nakal”, maka tanpa sungkan saya mengatakan, "Begini pak. Tadi anak buah bapak pak K, mengatakan tentang cara berbisnis di kabupaten bapak secara global. Saya perlu jawaban bapak, apa memang begitu pak?!
Pakbupati pun di Tanya begitu gelagepan jawabnya yang di jawabnya dengan jawaban klise. Maka kalimat saya selanjutnya adalah "begini pak, ingatkan pak K..kami ini pebisnis. Kami di daerah bapak sudah lebih 15 tahun berbisnis dan kami berencana selamanya bisa berbisnis disana. Pak K dan bapak adalah orang politik. Politik itu 5 tahunan, jangan pakai kekuatan yang sebentar untuk ijek kaki orang, untuk menekan orang. Kami bisa bertahan dengan apapun, namun begitu bapak tidak menjabat, begitu pak K tidak dipakai lagi..kami masih akan disana. Apa jadinya bapak nanti, apa jadi pak K nanti. Jangan lah begitu pak. Gandeng setiap tangan pak. Tangan rakyat, tangan pejabat, tangan pengusaha. Ingat pak 5 tahun ngak lama, kalau pun di percaya lagi hanya 5 tahun lagi tambahanya. Kalau sudah tidak dipercaya mau apa pak. Orang yang bapak tekan apa ngak nekan balik, apa ngak membalas. Kami bukan pendendam tapi kami ingin kita saling mengerti. Bapak memudahkan orang, bapak akan dimudahkan orang. Benar pak, hati hati menggunakan kekuasaan bapak. Tolong katakan ini semua ke pak K. terima kasih salam hormat."
Saya pun seakan tidak meminta jawabnya. Itu adalah kalimat langsung yang saya pilih dengan objek pak K tapi saya tahu sekali dia pasti kena dan faham maksud saya. semoga. # may peace be upon us
Telegram : t.me/mardiguwp
_______________________
Disalin dari kiriman facebook Mardiwu WP
Diterbitkan pada 20 September 2019