Sumber Gambar: https://www.facebook.com |
“Saat mataku terkena tembakan, aku hilang kesadaran dan jatuh ke tanah. Ketika aku terbangun, aku sudah berada di Rumah Sakit Eropa. Aku hanya bisa melihat dengan mata kiri, sementara mata kananku diperban. Kepalaku juga sangatlah sakit ketika itu.”
“Selama empat hari pertama di rumah sakit, aku masih mengalami syok dan tak berbicara pada siapa pun. Beberapa hari kemudian, bengkak di sekitar mataku mulai berkurang, namun aku tidak bisa melihat apa pun…”
“Aku keluar dari rumah sakit sepuluh hari kemudian. Saat ini, aku berada di rumah. Aku mendapatkan obat dan setiap jenis obat tetes mata, setiap jam atau setiap beberapa jam.”
Cerita di atas berasal dari Muhammad Abu Raidah, kanak-kanak 10 tahun asal Khuza’ah – Gaza, setelah ia pergi ke wilayah perbatasan (saat Aksi Kepulangan Akbar), dengan maksud memunguti bekas bom gas air mata untuk dijual kemudian.
Kini, Muhammad tetap berjuang walau dunia hanya dapat dilihat melalui mata kirinya.
Menjadikannya sosok yang begitu inspiratif, untuk membuat kita paham mengenai arti ketabahan.
Sumber: B’Tselem
_____________________________
Disalin dari kiriman facebook Syam Organizer
Pada Sabtu 5 Rajab/ 29 Februari 2020