Pasa Ateh itu beton yg pongah....
Kita turut bersyukur Pasa Ateh kembali berdiri dengan megah atas sumbangsih uang rakyat seluruh Indonesia ratusan milyar melalui ikatan sebagai warga negara dan penduduk bangsa ini yg bernama APBN [Anggaran Pendapat Belanja Negara].
Saat ini belumlah patut kita banggakan apalagi dijadikan citra politik karena yang perlu jadi catatan kita adalah apakah kemegahan dan mahalnya biaya proyek itu sudah mampu mengembalikan asa para pedagang atau belum. Ataukah beton itu baru hanya mampu menonton para pedagang yang setiap hari menunggu pembeli yang tak kunjung membeli. Beton itu baru hanya menarik hasrat penikmat Selfie namun belum membawa keberkahan untuk kota ini. Kita berharap pasar itu kembali mampu mengembalikan keceriaan para pedagang terutama pedagang kecil sebagaimana keceriaan keluarga yang menunggu paubek saba penantian sejak tahun 2017.
Disinilah kita mestinya tidak gagal paham memahami bahwa bukan persoalan tidak butuh pembangunan fisik namun tentu mesti dengan catatan yaitu pembangunan fisik pasar yang diawali dengan sudah adanya konsep tatanan kehidupan pasar karena pasar juga punya tatanan kehidupan yang berasal dari roh pasar itu sendiri yaitu suara hati para pedagang dan kurenah hiruk pikuk jua bali [jual-beli] pedagang dan pembeli bahkan sorak pedagang ubek sebgaimana kita nikmati dimasa dulu. Bukan dari selera sesaat, Pasa Ateh juga punya sendi dan kearifan lokal yang bermula dari pasar rakyat. Itu artinya rakyatlah yang mesti diberikan kedaulatan atas Pasa Ateh menurut cara-cara yang tak bisa dilepaskan dari sejarah. Sedangkan pemerintah bersifat mengayomi dan mengatur, ibarat mamak mengatur kemenakan bukan mamak memakan kemenakan.
Bahkan Pasa Ateh itu bisa menciptakan persaingan tidak sehat lagi nantinya jika tatanan kehidupan pasar tidak lagi mempunyai roh kearifan lokalnya.
Jujurlah sebatas apa kebanggaan kita akan keberadaannya dan sampai dimana kesedihan kita karena ritme kehidupan Pasa Ateh itu juga tak bisa lepas dari ritme kehidupan Pasa Simpang Aua.
Untuk saat ini jangan keseringan menoleh keatas tapi lihatlah ke bawah.
Semua akan dipertanggungjwbkan.
Disalin dari kiriman FB: Suhendri
pada: 4 Oktober 2020
Foto: Finance Detik