Sumber Gambar: https://berkata.net |
*Virus itu telah tiba di Istana
Tanggal 30 Januari 2020, satu setengah bulan lalu, persis satu minggu virus corona meletup di China, saya merilis tulisan dengan judul, 'semua orang'. Tulisan itu sederhana, salah-satu kesimpulannya: virus corona itu rasio meninggal pasiennya 'hanya' 2-3%, tapi kemampuan penyebarannya, mengerikan. jika tidak ada usaha menghentikannya, maka jumlah penderitanya akan bertambah 1,5x setiap harinya. Crazy. (https://www.facebook.com/…/semua-orangist…/2921422121241670/)
Apa artinya?
Simpel: situ mau menganggap tingkat kematiannya sepele, silahkan. mau bilang nanti sembuh sendiri juga silahkan. Tapi mbok ya berhitung.
Jika ada 1.000 pasien ini di sebuah kota. Lantas 10% sakitnya berat, 90% sakitnya ringan, bisa sembuh sendiri. Yang harus masuk RS adalah 10%, itu berarti tetap ada 100 pasien baru. Dan mereka tidak bisa dirawat di ruang biasa. Mereka harus dirawat diruang khusus, isolasi. Perawat, dokter juga tdk bisa merawat seperti biasa, harus pakai baju khusus, dll. Jika 100 pasien ini terjadi di Bandung, Surabaya, Yogya, dll, bayangkan sendiri, bagaimana RS akan mengurusnya. Itu bukan perkara sepele. Itu rumit.
Itulah kenapa China, seminggu kasus ini meletup, mereka langsung lockdown kota2 di sana. Itulah kenapa Italia, Denmark, dll bahkan me-lockdown seluruh negaranya.
Penyakit ini sih mungkin 'enteng'. Apalagi kalau kalian masih muda, anak2, remaja, bisa sembuh sendiri memang. Tapi visi pejabat publik seharusnya bukan di 'enteng'-nya, tapi di angka2 tadi. Aduh, China tahu persis, jika mereka tdk segera lockdown kota2, akhir Februari bisa ratusan juta yang kena. 100.000.000 yg kena, oke-lah 90% sehat, sembuh sendiri, baik2 saja, tapi yang 10% alias 10 juta yg sakit berat mau dikemanakan merawatnya? Ada 10 juta pasien baru ini, negara China yg besar itu bisa semaput. Maka China memutuskan 'perang', sebelum terlambat. Mereka membangun RS khusus sebagai benteng, mengerahkan ribuan petugas medis ke 'lokasi perang', dsbgnya. Hasilnya bagus, hari ini, penderitanya 'hanya' di 80.000, mereka berhasil menahan laju serangan virus.
Saya percaya, ada banyak sekali yang sudah bilang soal ini ke pejabat publik kita. Banyak. Belum lagi fakta ada 250 juta penduduk di Indonesia. Tapi saya tidak tahu, bagaimana mengaktifkan alarm di kepala pejabat itu jauh2 hari. Melihat visi tersebut. Tentu bukan untuk panik, sama sekali tidak, tapi waspada. Visi penting sekali. Dan pejabat publik seharusnya memiliki visi ini. Melihatnya lebih dulu sebelum kejadian.
Hari ini, virus ini sudah tiba di istana. Maksudnya, bukan virus ini sudah jalan2 ke Istana, bukan. Tapi penderitanya (menteri). Saya sangat sedih dan bersimpati kepada segenap penderita virus corona. Semoga diberikan kekuatan dan kesembuhan. Saya juga sangat sedih dan bersimpati kepada petugas medis yang meninggal karena virus ini. Saya sangat-sangat sedih.
Jadi sudahlah, mari tutup episode keributan kemarin2, yang bahkan hanya untuk mencari tahu daerah penyebaran seluruh Indonesia saja, duuh Gusti, harus bertanya ke 5,4 juta follower page ini, baru ada infonya di media. Lupakan saja.
Mari kita fokus bersama2 mengatasi masalah ini.
Dalam kebijaksanaan orang tua dulu, saya sering mendengar nasihat ini: "Jika kamu tidak bisa memperbaiki situasi, maka kamu jangan malah menambah kusut."
Ada tiga cara memperbaiki situasi: pertama, dengan tangan kalian, kongkrit ulurkan tangan, bantu. termasuk sumbangkan uang kalian, sumbangkan tenaga kalian. kedua, dengan lisan kalian. Ini juga bisa, terus bicara yang baik dan positif, luruskan yang keliru, kritik yg salah, ingatkan yang kacau, sekaligus hindarilah bicara atau menulis yg hoax, bohong, tipu, kebencian, provokasi, dsbgnya. dan terakhir, dengan hati kalian, mari kita berdoa agar kita semua diberikan kemudahan melewati segalanya.
Jaga kesehatan keluarga kita. Jangan kemana2 dulu juga boleh. Tidur tepat waktu, makan teratur, banyak minum. Juga olahraga. Hindari tempat2 publik. Jika terpaksa terus dirumah, ayo, tetap produktif. Sy insya Allah akan membatalkan semua acara literasi beberapa minggu ke depan, hingga situasi membaik. Tapi tidak apa, itu malah ada berkahnya juga, artinya malah banyak waktu di rumah untuk mengetik novel berikutnya.
Semoga sehat semua. Semoga situasi ini membawa hikmah. Bahwa, bahkan di depan virus saja, kita ternyata sama. Mau kaya, miskin, kena. Mau berkuasa, atau tidak, kena. Mau penulis, atau tidak, kena. Mau ganteng/cantik, atau jelek, juga kena. Apalagi dalam urusan yang kelak lebih hakiki. Kita sungguh semua sama.
*Tere Liye
_________________________
Disalin dari kiriman facebook Tere Liye
Pada 15 Desember 2020