Sumber Gambar: https://bahasa.foresteract.com |
*Semua orang
Istilah 'Pandemi' berasal dari bahasa Yunani. 'Pan' artinya semua; demos artinya 'orang'. Dijadikan satu artinya: 'semua orang' kena wabah penyakit tersebut.
Saya tidak tahu persis bagaimana sebuah wabah penyakit dikategorikan pandemi--biarlah lembaga kesehatan internasional seperti WHO yang menentukan. Tapi dalam sejarah dunia, ada banyak pandemi yang terjadi, mulai dari: kolera, tipus, TBC, malaria, zika, ebola, HIV/AIDS, kusta/lepra, cacar, dan tentu saja, yang muncul berkali2, influenza, alias selesma, alias flu.
Tanpa kita sadari, sebenarnya kita sudah mengalami pandemi berkali-kali, termasuk kena penyakit pandemi tersebut. Tapi ada yang tidak menakutkan, bahkan orang2 tidak menyadarinya, dan ada yang sangat menakutkan.
Menurut hemat saya, ada dua syarat wabah penyakit bisa menjadi pandemi yang sangat menakutkan. 1. Mudah menular; 2. Mematikan.
Influenza adalah pandemi yang sangat mudah menular. Menurut data CDC Amerika Serikat, di sana, tahun 2017-2018 setidaknya 44,8 juta penduduknya yang kena flu. Nyaris satu dari lima penduduk AS kena flu setiap tahun. Separuhnya alias 20 juta penderita pergi ke dokter berobat jalan, 800 ribu harus masuk rumah sakit, dan 61.000 meninggal. Mari kita bandingkan jumlah meninggal dengan total yang kena flu. 61.000 vs 44,8 juta. Itu berarti angka kematiannya 0,13%. Dan memang angkanya rata2 segitu untuk influenza pada umumnya.
Tapi jangan keliru, ada jenis influenza yang sangat mematikan. Masih ingat H5N1, alias flu burung? Menurut data WHO tahun 2003-2014, 60% penderitanya meninggal. Sangat mengerikan. Itu berarti, jika ada 5 penderitanya, 3 meninggal. Kabar baiknya (saya minta maaf jika keliru istilah), hanya total 701 orang penderitanya dalam kisaran tahun tersebut. Karena H5N1 ini tidak mudah menyebar dari orang ke orang. Tranmisi orang ke orangnya tidak secepat flu lain. Bayangkan jika seperti flu biasa yang di seluruh dunia bisa milyaran yang kena, itu berarti bisa 600 juta meninggal. Tapi tetap saja, seluruh dunia bergerak cepat saat H5N1 merebak, 200 juta lebih unggas dibumihanguskan. Tanpa ampun. Flu burung ini juga memberikan kesadaran baru bagi segenap penduduk Bumi, bahwa pandemi itu nyata.
Jika kalian tertarik tentang pandemi ini, silahkan membaca berbagai artikel, data, statistik, opini, pendapat, riset, dsbgnya dari lembaga2 terkemuka di dunia. Kalian akan tahu banyak, dan itu akan memberikan pegangan yang lebih kokoh. Tulisan ini akan terlalu panjang jika membahas detail. Silahkan googling, pastikan kalian berlabuh di website yang terpercaya.
Sekarang kita membahas virus corona.
Saya memantau dan mencatat data perkembangan kasus ini dari website monitor Johns Hopkins CSSE, saya salin datanya, saya buatkan excel-nya. Website ini merangkum data per hari dari seluruh dunia sejak virus ini merebak, berapa total confirmed dan total deaths kasus virus Corona. Jika perhitungan dimulai dari 22 Januari 2020, maka per hari ini 30 Januari 2020, kita bisa melihat pergerakan data2nya. Tanggal 22, ada 651 confirmed, 25 death, dan seterusnya, hingga tanggal 30, ada 7.783 confirmed, 170 death di seluruh dunia.
Membaca pola ini, maka sejauh ini bisa dilihat, penderita baru virus ini tumbuh rata2 48% setiap harinya. Apakah angka ini kecil? Tidak. Itu mengerikan, artinya, setiap hari menjadi 1,5 kali penderitanya. Fantastis cepatnya. Jika polanya tetap sama, upaya memutus penyebaran virus ini gagal, maka persis tanggal 29 Februari 2020 nanti (tanggal kabisat), akan ada 1 milyar lebih penduduk Bumi yang kena. Itu berarti dalam sejarah pandemi Bumi, virus corona ini salah-satu wabah penyakit yang menyebar dengan cepat. Cukup hitungan bulan, milyaran yang kena. Tapi ini jika langkah memutus rantainya gagal. Boleh jadi tidak begitu.
Sekarang mari kita lihat data persentase kematiannya. Jika melihat angka2 ini sejak 22 Januari lalu, maka dari total penderita yang confirmed, sebesar 2,2% penderitanya meninggal. Ini tentu lebih buruk dibanding flu biasa yang 0,13%, tapi jelas itu lebih rendah dibanding H5N1. Angka kematian virus Corona sama dengan pandemi influenza tahun 1918.
Kesimpulannya apa? Tulisan ini tidak sedang menyimpulkan apapun. Tulisan ini hanya membagikan informasi yang saya tahu. Boleh jadi keliru, boleh jadi salah. Tapi setidaknya kita bisa mempelajarinya lebih komprehensif. Agar kita semua waspada, tapi jangan panik berlebihan.
China, salah-satu negara paling kuat di dunia hari ini, sedang habis-habisan memblokade penyebaran virus Corona. Negara ini jelas sangat tangguh. Mereka bisa membangun RS besar hanya hitungan hari jadi. Mereka bisa menggerakkan jutaan anggota militernya. Mereka jelas sangat berkepentingan memutus rantai penyebaran virus Corona. Karena walaupun angka kematiannya (maaf jika lagi2 salah istilah) hanya 2%, bayangkan jika empat minggu dari sekarang ada 100 juta penduduknya yang terkena virus ini, itu berarti semua RS akan membludak, kekacauan terjadi dimana2. Kota2 akan di lockdown, transportasi lumpuh, semua terhenti. Tatanan ekonomi, sosial, bahkan politik mereka bisa ambruk. Jadi jangan cemaskan China; mereka lebih peduli dan lebih serius mengatasi penyebaran virus ini.
Jadi mari kita berdoa yang terbaik, semoga rantai penyebaran virus ini bisa diputus. Berhentilah komen bahwa ini azab bagi China, dll. Kan kita itu tidak bisa ngintip keputusan Tuhan, apakah itu azab atau bukan, mana kita tahu. Okelah jika kita kesal sama China gara2 kasus Natuna, Uighur, dll; tapi dalam urusan pandemi ini, rakyat China adalah yang paling menderita. Pun berhentilah sembarangan menyebarkan data2, foto2, video2, atau apapun itu jika kita tidak tahu kebenarannya. Karena bukan apa2, kitalah yang kelak kena azab jika mudah sekali share hoax, dkk.
Kalian juga boleh kesal sama pemerintahan NKRI yang menurut kalian lambat, lelet, dsbgnya dalam masalah virus Corona ini; tapi jangan lampiaskan ke rakyat China. Di sana ada jutaan bayi, balita, yang harus terkurung berhari2 di rumahnya.
Terakhir, saya hendak meneriakkan kalimat ini: SEMANGAT WUHAAAN!
*Tere Liye
____________________________
Disalin dari kiriman facebook Tere Liye
Pada tanggal 30 Januari 2020
Pada tanggal 30 Januari 2020