Gambar: https://store.line.me |
Walau telah berlalu namun kiriman dan perdebatan yang mengiringi tentang Pemilihan Tuan Putri 2020 masih terus muncul di lini masa kami. Terbaca salah satu tanggapan dari seorang Ibu Bangsa (Nyonya-nyonya Sosialita) perihal kiriman yang mengkritisi perwakilan Sumbar. Dalam komentarnya terkait postingan yang menyudutkan Tuan Putri itu Nyonya Sosialita ini merepet mencemooh, begini kira-kira bunyi repetannya:
"Tuan-tuan tahu tidak! Sudah dua kali utusan Sumbar jadi pemenang Pemilihan Tuan Puteri. Keduanya kini menjadi orang yang berjaya. Tak serupa tuan-tuan nan pandai ngomong di medsos sahaj! Anggap sahaja tahun ini kita terpeleset sedikit. Tak gampang bercakap di hadapan orang ramai dan dibawah sorotan kamera. Husnuzon sahaja. Atau salahkan pihak penyelenggara yang tak membekali para peserta dengan materi macam P4 semasa awak bersekolah dahulu.."
Sungguh terpana kami, perempuan berjilbab dan sudah bau kubur namun gaya lebih pula dari anak perawan. Sekarang kami faham dengan kegusaran beberapa orang tentang perempuan berjilbab yang perangainya lebih buruk dari perempuan tak berjilbab. Rupanya serupa ini orangnya.
Tak hanya itu, cara pandangnya amatlah jauh dari adat nan berlaku di Minangkabau ini. Gelegak nan timbul atas perwakilan Sumbar ini sudah lama terpendam karena selalu ada perwakilan Sumbar dalam pemilihan duta-duta jahiliyah itu. Dan kini mendapat kesempatan untuk diluahkan.
Pemilihan duta-duta yang semacam itu tak bersesuaian dengan adat di Minangkabau. Namun apa hendak dikata, kita terpegang pisau dimatanya dan orang disana terpegang pisau digagangnya. Kita tak kuasa untuk menghentikan dan perwakilan itu entah dari mana asalnya selalu ada mengatasnamakan Sumbar.
Kedua, zaman kini zaman serba panas dan kita sudah sama-sama tahu akarnya. Kekuatan di negeri ini terpusat kepada dua kubu. Minangkabau itu Islam, apabila ia tak Islam maka ia bukan Minangkabau. Itu merupakan harga mati dan tak dapat ditawar-tawar lagi. Dan pada masa sekarang, beberapa orang berusaha mengubah salah satu aturan dasar dalam masyarakat Minangkabau itu.
Dan perihal sukses (berjaya) dalam hidup. Apakah orang yang sukses itu orang yang kaya, berpangkat, berkuasa, tersohor, menang ajang ini-itu, mendapat penghargaan ini-itu???
Itulah permasalahan mental orang sekarang, gila dengan uang, jabatan, penghargaan, dan popularitas. Sibuk memperbaharui cerita atau kiriman di media sosial, mengunggah gambar-gambar diri dan terkadang gambar yang tak pantas, sibuk pamer dan riya menghambur-hamburkan uang.
Kini, penyakit itu merata menyerang semua orang, semua kalangan, dan semua umur. Semoga kita semua dijauhkan Allah dari sifat dan orang yang sedemikian. Amin.