Sumber Gambar: https://iphincow.com |
Oleh: Mardigu WP
Cerita corona, di coretnya Indonesia bersama 24 negara oleh Amerika
dengan status bukan negara berkembang lagi dan pemilihan presiden Amerika di bahas dalam satu waktu apa mungkin?
Kita coba ya. Kita
mulai dengan pertanyaan, apa bedanya “great power” dan “super power”?
Kita lengkapi kalimatnya agar faham. Apa bedanya Great Power of China
dengan Negara Super Power Amerika. Saat ini keduanya sedang berperang.
China ingin menjadi negara super power, dengan great powernya. China men challenge Amerika, posisinya saat ini.
China itu besar dalam transaksi perdagangan, memiliki reserve capital
yang besar. Tetapi ingat, China negara Komunis Otoriter, dimana kata
kunci yang harus di perhatikan adalah kata PROPAGANDA. Kuat sekali
propaganda mereka tersebut. Di usirnya 3 wartawan Wallstreet Journal
karena mengatakan 10 kali lebih besar fakta korban virus corona adalah
bentuk otoritarian propaganda mereka.
Sekali lagi, China itu
Great power. Beda sama Super Power?
Super power itu TERINTEGRASI. Bukan
hanya dagangnya yang besar tetapi hagemoni itu pengaruh. Militernya
dengan 800 pangkalan di seluruh dunia, bayangkan, negara di dunia itu
192, pangkalan milietr amerika ada 800 di seluruh dunia.
Lalu
ekonomi, lalu moneter karena dolar menguasai 60% transaksi perdagangan
dunia, 30% euro, lalu yen, yuan china hanya 1.7% saja.
Sistem ekonomi yang di namakan “global supply chain” di kuasi negara super power. Misalnya saat ini dunia otomotif di Indonesia. Part mobil tersebut ada
yang dari Costarica, Rumania, Thailand, dan belasan negara lainnya.
Dengan di buat shut downnya negara China sudah 1 bulan dan kira kira
sampai 3 bulan ke depan masih belum tahu apa yang terjadi.
Maka
barang dari Thailand yang akan di pakai oleh kendaraan di Indonesia
ternyata 20% ada barang Chinanya. Ini menjadi tidak tersedia dan Thailand gagal kirim ke Indonesia statusnya force majore. 1 bulan
kedepan jangan-jangan Astra tidak keluarkan mobil lagi karena part dari Costarica, dari Vietnam, dari Thailand ternyata ngak bisa kirim.
Karena pertumbuhan di China supply-demand sedang “serang” maka strategi supaya China tetap bisa survive bagaimana?
China punya reserve currency dolar yang banyak. Karena itu dia akan
pakai proxy. Misalnya China ke Indonesia, invest FDI, foreign direct
investment dan ingat FDI asing itu di otak mereka adalah bagaimana
mendapatkan dolar. Produknya kalau bisa ya untuk ekpor, keluar dari
negara tersebut untuk ekpor untuk dapat dolar.
Apa yang Amerika lakukan agar investasi direct tadi tidak menghasilkan dolar? Gampang..Negara yang menjadi “konco” temannya China di coret statusnya dari negara berkembang menjadi negera maju.
Kalau negera berkembang ekpor ke Amerika pajaknya murah, katakan 5%
pajak masuk ke Amerikanya. Kalau negara maju, ya pajaknya 20%.
Dengan strategi ini, China jadi ngak akan mau untuk meletakan uang
invest di Indonesia dan di 24 negara teman China yang lagi di kepung
sama Amerika. Karena apa? Karena invetasinya yang tadinya buat proxy
jadi ngak ada gunanya.
Kita Indonesia yang jadi serba salah. Sok
genit dengan China ternyata ngak dapat banyak manfaat sudah 5 tahun di
pere- peres susunya seperti sapi tapi ngak di kawin-kawin. Dengan Amerika sok genit genitan sekarang Amerika lihat Indonesia ngak seksi
lagi.
Ke ge-eran Indonesianya merasa seksi, punya sumber alam
bagus. Tetapi yang gak bagus khan “genitnya”. Amerika sudah pacaran
sekarang sama Malaysia, Thailand, Vietnam dan India. Tuh buktinya Trump
nginep lama di India sekarang. Indonesia di lewatin aja.
Jadi apa
solusinya kedepan wahai pajabat negara?
Ekonomi kita itu bisa tekor
terus dan membawa kemiskinan, kata Umar bin Khatab, kemiskinan itu dekat
dengan kekufuran.
Ayo mana solusinya? Pokoknya jangan si bossman yang
sontoloyo ini di tanya. Takut di kira ngeledek. Saya mah pedagang kecil
pak, pengen sehat, damai di NKRInya. Itu aja kok #peace
***
_______________________________
Disalin dari kiriman facebook Mardigu WP
Pada 25 Februari 2020