6. Syair PRRI [5]



5. Serangan udara di Lintau

Ketika perjuangan melawan rezim Soekarno
Ada kisah dari nagari Topi Selo
Dahulu di kecamatan Lintau Buo
dalam kabupaten luhak nan Tuo

Karena tak perlu mempromosikan diri
Sumber cerita tak ditulis di sini
Orang pribumi, penduduk asli
Istilahnya disebut anak nagari

Dikatakan gaek 84 tahun
Banyak pengalaman bertimbun timbun
Ingatannya jernih tidak pikun
Bicaranya lancar sangat santun


Supaya yang salah jangan ditiru
Beliau bercerita merasa perlu
Kisah perang di masa lalu
Untuk pelajaran anak cucu

Tahun 60 pertengahan Februari
Ketika Lintau belum diduduki
Bulan Ramadhan waktu yang suci
Datang serangan pesawat AURI

Ibarat kerja kurang profesional
Objek yang dipilih tak dikenal
AURI menembak asal asal
Makhluk tak berdosa ditimpa sial

Saat cuaca cukup terang
Tiada kabut jadi penghalang
Dari selatan pesawat datang
Mengikuti arah jalan yang panjang

Di Topi Selo dimulai letusan
Pilot melihat objek sasaran
Kenderaan rusak di tepi jalan
Langsung dihujani dengan tembakan

Peluru menyasar tiada kendali
Mengenai Kerbau milik pak Wali
Hewan yang malang langsung mati
Menjadi bangkai haram dikonsumsi
Kerbau gemuk kesayangan Pak Wali

Bisa dipakai menarik pedati
Menjadi bangkai tertembak mati
Oleh mitraliur pesawat AURI
Perang saudara penuh ironi

Datuk Kamaluddin sebagai Wali
Pendukung setia perjuangan PRRI
punya kerabat pegawai AURI

Meskipun Kerbau binatang peliharaan
Penyebab mati juga ketahuan
Tidak bismillah menyebut Tuhan
Dagingnya haram untuk dimakan

Kerbau yang mati langsung dikubur
Di tengah sawah penuh lumpur
Setelah bangkai menjadi hancur
Tanah bertambah lebih subur

Tiada perlawanan dari bawah
Pesawat Mustang berkepala merah
Terbangnya cepat sangat rendah
Melewati nagari Sawah Tongah

Ranah Batu di Tanjuang Bonai
 Tempat pedagang membuka kedai
Hari Sabtu sedang ramai
Pesawat menembak tanpa mengintai

Tanpa diintai dengan teliti
Pasar ditembak berkali kali
Banyak yang luka, ada yang mati
Tak ada catatan sebagai bukti

Orang yang luka dibawa ke Lubuk Jantan
Mereka dipikul dengan Usungan
Sebelum sampai di tempat tujuan
Ada mati dalam perjalanan

Ketika darurat keadaan sulit
di Lubuak Jantan ada Rumah Sakit
Jenis pelayanan tidak komplit
Obat obatan sangat sedikit

Mantri Hamid petugas kesehatan
Pegawai rumah sakit banyak pengalaman
Saat mengungsi di Lubuak Jantan
Membantu PRRI karena keyakinan

Korban diusung satu persatu
Kain sarung dijadikan tandu
Disisipi tangkai potongan bambu
lalu dipanggul di atas bahu

Orang yang mengalami luka parah
Tubuh mengeluarkan banyak darah
Bajunya basah berwarna merah
lalu dibacakan lailahaillaAllah

Ibarat jenazah di jalan raya
Darah berceceran di mana mana
Itulah sebagian jazat manusia
Wajib dikubur, jangan disia sia

Dengan kehendak yang Maha di Atas
Datang hujan yang sangat deras
Hakekatnya penguburan telah tuntas
Tiada lagi darah membekas

Ada pula korban luar biasa
walau di tubuh tiada luka
Karena stres mengalami peristiwa
Menjadi bisu tak mampu bicara

Dalam situasi darurat perang
Tak tersedia obat penenang
Beliau disuruh banyak sembahyang
Supaya jiwa menjadi tenang

______________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar