Sumber: https://www.facebook.com |
“Kami Merantau Bukan Mencari Lawan”
Nyawa anak bangsa melayang, putera-puteri minangkabau menjadi korban di dalam lingkaran wilayah NKRI yang diperjuangkan oleh para tokoh kita dengan tumpahan darah dan air mata.
Nyawa anak bangsa melayang, putera-puteri minangkabau menjadi korban di dalam lingkaran wilayah NKRI yang diperjuangkan oleh para tokoh kita dengan tumpahan darah dan air mata.
Sebagai seorang muslim, istirja’ (inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) dan lantunan do’a serta menjadikan keshabaran sebagai pakaian adalah suatu sikap keimanan.
Namun sebagai warga negara dan rakyat bangsa ini, apakah tak perlu dan terlarang kami bertanya,
“Dimana kehadiran penguasa dan mereka yang menikmati tetesan keringat rakyat selama ini” ?
Kalau dalam kondisi seperti ini, penguasa tetap absen dan hanya sama-sama bisa meratapi mayat yang telah berjatuhan, akankah kami harus mengambil kesatuan langkah dengan menggelar rapat akbar “RANAH MINANG MANGISA KARIH” sebagai isyarat bahwa tidak begitu saja darah tertumpah sia-sia dan tak semurah itu nyawa melayang di dalam negara kesatuan yang selama ini kami cintai ???!!!
Dibunuhnya putra-putri Minangkabau di Papua tak cukup hanya mengundang ucapan duka !!!
Kalau memang kita hidup bernegara, kami patut bertanya, dimana tuan-tuan yang mengaku menjadi penguasa ???!!!
________________________
Disalin dari: Facebook Buya Gusrizal gazahar Dt. Palimo Basa
Tanggal: 26 September 2019