Semenjak Orde Baru tumbang maka berakhir pulalah penayangan secara tetap filem G 30 S PKI di stasiun tivi seluruh Indonesia. Banyak kemudian teori yang mengemuka bahwa peristiwa tersebut merupakan rekayasa dari Soeharto untuk menjatuhkan Soekarno & PKI. Hal ini kemudian berdampak kepada pola yang berbeda dalam penyampaian sejarah G 30 S PKI (Gerakan 30 September PKI) di sekolah-sekolah.
Tiga huruf di belakang, yakni PKI yang merupakan singkatan dari Partai Komunis Indonesia dihilangkan dan hanya menjadi G 30 S saja. Dan hanya menunggu waktu saja peristiwa sejarah tersebut menghilang dari pelajaran sejarah anak sekolah. Yang menyedihkan ialah tak hanya peristiwa G 30 S PKI yang menghilang, Mata Pelajara Sejarahpun tak tahu rimbanya pada masa sekarang ini.
Untuk menguasai suatu bangsa maka kuasai alam fikirannya
Untuk menguasai alam fikirannya, kuasai sejarahnya
Banyak generasi sekarang yang tidak tahu dan tidak faham dengan G 30 S PKI bahkan ada yang tidak tahu bagaimana sepak terjang komunis semenjak kehadirannya di republik ini. Jejak darah tersebut mulai dihapuskan dan diputarbalikkan bahwa Komunislah yang dianiaya bukan menganiaya.
Kekejaman Komunis di republik ini menjadi tak berarti tatkala mereka merengek-rengek menjadi korban kemanusiaan di tahun 1965. Pada masa itu mereka diburu oleh aparat dan rakyat atas kekejaman mereka dalam pemberontakan/ pengkhianatan yang mereka lakukan terhadap para perwira TNI serta tindakan lain yang mereka lakukan dalam usaha pengambil alih kekuasaan.
Benarlah kata orang, sejarah ditulis oleh yang menang..
Siapa kini yang jadi pemenang?