Upaya pembentukan Daerah Istimewa Minangkabau (DIM), sebagai sebuah kecerobohan
Oleh :Ali Wardi, SH
Mantan Penggiat DIM
Di awal-awal dulu saya termasuk setuju ide dan pergerakan pembentukan Daerah Istimewa Minangkabau (DIM) tapi sering waktu sikap itu berubah dan kini saya menentangnya dengan beberapa alasan.
Minangkabau tidak dapat dibatasi-batasi dengan pagar admisnistratif, apalagi hanya sekedar provinsi Sumbar. Saya kira tidak akan ada aktifis DIM hari ini yang mampu menjawab persoalan terkait Mentawai atau wiayah-wilayah di propinsi yang berbatasan langsung dengan Sumbar terkait entitas Minangkabau yang mendiami provinsi tetangga yang sesungguhnya dahulu adalah wilayah Minangkabau.
Minangkabau itu melampaui batas-batas Provinsi bahkan batas-batas Negara, karena Minangkabau adalah marwah juga bagi warga Negeri Sembilan, negara bagian di Malaysia, Sulu, Mindanao, dan segenap Minang diaspora di seluruh dunia.
Minangkabau juga adalah Daulat yang sudah "diwakafkan" kepada NKRI dengan segala resiko berdarah-darahnya sepanjang sejarah, namun sampai hari ini, detik ini masih tetap komit, bahkan luka terakhir yang sangat perih di hati orang Minangkabau dan baru saja terjadi akibat penghinaan seorang pejabat tinggi Indonesia, namun Minangkabau masih memaafkannya dengan lapang dada.
Mungkin suatu saat nanti bisa saja terjadi, karena sudah terlalu banyak kekecewaan demi kekecewaan yang sudah sampai di tubir asa, maka mungkin hanya "parang basosoh" saja yang dapat menjadi jawabannya.
Perang yang bertujuan untuk, marebut kembali wakaf yang dikhianati, tidak sesuai lagi dengan akad dan niat awal Minangkabau bergabung dengan negara ini. Ini barangkali yang perlu dipikirkan oleh Minangkabau, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan dunua ini terkait eskalasi global, kawasan dan nasional yang semakin mengkhawatirkan.
Wallahualam.
Jakarta 29 Septembar 2020
Ket Foto :
Perempuan Minangkabau di abad 18, yang menggambarkan tingginya akhlak, kehormatan dan peradaban Minangkabau, diambil dari dokomen website perpustakaan Univ. Leiden
Disalin dari kiriman: Ali Wardi