Sumber: https://www.facebook.com |
Kupiah engku masih terpasang.
Kadang lurus, kadang terteleng.
Langkah engku pun mulai serong.
Bukan jalan lurus yang engku tempuh.
Nyinyir sudah lidah berucap.
Menahan langkah engku yang tegap.
Kami berteriak,
Kupiah engku harap dilepas.
Langkah engku menuju tandas.
Agar tak sumbang, tampilan tak pas.
Entah apa hendak dikata.
Kami tidakkan, engku mengangguk jua.
Kini engku mulai bernyanyi riang gembira.
Tak peduli aroma menusuk hidung, panorama merusak mata.
Wahai engku labuhan harap.
Walau terpaksa, kami harus berucap.
Hentikanlah nyanyian engku yang parau.
Iramanya tak rapi menambah galau.
Bila engku tak kunjung sadar,
Lepaskan saja kupiah terpasang.
Kami khawatir waktu beredar,
Nama engku tak lagi dipandang.
Entahlah,
Apakah luput waktu berujar
Mengingatkan engku hakikat yang wajar.
Hanya kupiah engku yang mereka kejar.
Bukanlah yang dililit oleh kupiah melingkar.
___________________________
Disalin dari facebbok buya Gusrizal Gazahar Dt. Palimo Basa
Tanggal: 05 Desember 2019
__________________________
Catatan kaki: (Oleh AGam van Minangkabau)
[1] 'Engku' merupakan panggilan resmi kepada seorang lelaki dewasa pada masa dahulu di Minangkabau. Untuk lebih jelas lihat tulisan kami yang berjudul 'Tuan, Engku, Rangkayo, & Encik'.
'Kupiah' = Kopiah = Peci