Gambar: Jalan Damai |
FB Wijanarko Abdi Prasojo - Saya Orang Jawa (Suku Jawa) Namun, saya bukanlah orang Jawa yang cuman tinggal di kampung halaman sendiri saja. Saya punya pengalaman hidup di banyak tempat di Indonesia ini. Mulai Bali, Jakarta, Madura, Aceh, Palembang, Kalimantan, Sulawesi dan NTB.
Jadi, perasaan kesukuan saya tidak setinggi teman-teman saya orang Jawa yang hanya tinggal di daerahnya sendiri saja. Saya juga tidak seperti orang Jawa lainya yang merantau, baik itu sebagai transmigran atau perantau mandiri, tapi di perantauan suka kumpulnya ekslusif hanya dengan orang sekampung dari tanah asalnya di Jawa. Tidak mau berbaur atau mempelajari budaya setempat. Bukan, saya bukan orang Jawa yang seperti itu.
Sebagai orang Jawa, kadang saya sedih kalau melihat rekan-rekan orang Jawa lain yang terlalu mengagungkan sukunya sendiri. Menganggap suku sendiri paling hebat. Ini namanya sukuisme. Saya juga sedih kalau ada orang Jawa yang suka mengklaim banyak hal itu milik orang Jawa. Saya ambil beberapa contoh yang pernah saya temukan, diantaranya :
1. Mengklaim bahwa Bakso itu adalah makanan asli hasil temuan orang Jawa.
Hanya gara-gara banyak orang Jawa yang menjadi pedagang Bakso. Padahal, bakso atau daging yang dibulatkan adalah makanan yang sejak dulu dikenal di banyak Bangsa seperti China salah satunya. Bakso berasal dari bahasa Hokkian Bak dan So yang artinya daging yang digiling dan dibulatkan. Orang Turki sejak dulu juga mengenal istilah "Kofte" untuk daging yang dibulatkan ini. Memang banyak Tukang Bakso itu orang Jawa, tapi bukan berarti asal usul Bakso pertama kali dari Jawa.
2. Batik itu selalu diklaim berasal dari Suku Jawa.
Ini salah kaprah. Istilah Batik memang berasal dari Suku Jawa. Merupakan seni mewarnai atau menggambari kain dengan teknik-teknik tertentu.
Ternyata, banyak suku lain di Indonesia bahkan di dunia sejak dulu kala punya seni menggambari kain juga. Bangsa Mesir Kuno dan dan Cina juga telah lama mengenal teknik ini. Hanya saja di Indonesia istilahnya meminjam dari Istilah Jawa yaitu "Batik". Bukan berarti semua seni batik di dunia ini diciptakan oleh orang Jawa. Ngaku-ngaku itu namanya.
Sama seperti istilah merantau, itu adalah istilah meminjam dari Suku Minang. Yang artinya pergi jauh dari kampung halaman, mengembara ke tempat lain. Istilahnya saja yang meminjam dari Bahasa Minang, tapi bukan berarti hanya suku Minang saja yang suka merantau. Banyak suku yang biasa merantau. Jadi ini soal peminjaman istilah saja. Atau contoh lain adalah Ngabuburit yang meminjam istilah dari Suku Sunda. Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu menunggu buka puasa. Apakah hanya Suku Sunda saja yang punya kebiasaan melakukan kegiatan menunggu buka puasa? Tidak. Hanya istilahnya saja yang meminjam dari Suku Sunda.
3. Keris sering diklaim senjata ciptaan dan milik orang Jawa.
Padahal, di Kalimantan Timur saya pernah pergi ke Museum Mulawarman. Di sana ada peninggalan keris cukup tua dari kerajaan tertua di Indonesia yaitu Kerajaan Kutai. Jauh sebelum kerajaan Jawa seperti : Majapahit, Mataram, Demak ada, di Kalimantan Timur sudah ada kerajaan lebih 12 abad sebelum kerajaan di Jawa. Silakan pergi ke Museum tersebut. Di Lampung juga ada senjata bernama Terapang. Bentuknya menyerupai keris. Tapi orang Lampung menolak itu disebut sebagai Keris Jawa. Makanya namanya beda yaitu Terapang.
4. Pernah saya menemukan orang-orang Jawa yang mengklaim bahwa Filipina itu dipengaruhi dan dikuasai Jawa.
Karena mereka menemukan beberapa persamaan kata dalam Bahasa Tagalog dengan Bahasa Jawa. Hanya karena ada beberapa persamaan kata saja, Langsung ia simpulkan bahwa Filipina pernah dikuasai Jawa. Padahal persamaan yang ada di Filipina bukan hanya dengan orang Jawa saja. Banyak suku di Indonesia ini memiliki kesamaan dengan Filipina. Orang di Filipina tepatnya di Pulau Visayas pun lebih bangga mengaku sebagai keturunan Sriwijaya. Bukan keturunan Majapahit. Banyak beritanya soal ini. Visayas pun berasal dari kata Sri Vijayas.
5. Merasa paling memiliki Pulau Jawa.
Ini cukup sering saya menemukan orang Jawa yang punya pemikiran bahwa pulau Jawa itu adalah miliknya orang Jawa. Hanya karena sama-sama bernama Jawa. Ingat itu hanya nama saja. Tapi artinya berbeda.
Istilah Jawa itu awalnya ditemukan dalam naskah Ramayana adalah istilah geografis untuk menyebut Pulau Yava Dvipa yang artinya Pulau Beras. Bukan untuk menyebut Suku Jawa seperti yang ada saat ini.
Dahulu belum ada istilah Suku Jawa, Suku Sunda, Suku Betawi dll. Begitu juga belum ada istilah Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Istilah-istilah Itu baru ada sejak zaman penjajahan. Kerajaan pertama kali di Pulau Jawa adalah Tarumanagara, lalu pecah terbagi 2 menjadi Kerajaan Sunda dan Galuh. Apakah kerajaan yang mula-mula di Pulau Jawa ini adalah kerajaan milik Suku Jawa seperti suku Jawa yang sekarang ini? rasanya bukan. Ingat, Berabad Jauh sebelum ada Majapahit juga sudah ada 2 Kerajaan ini. Dan Pulau Jawa pun dalam kajian geografis secara internasional dimasukkan kedalam kelompok Kepulauan Sunda Besar. Di Google Maps masih ditemukan istilah Greater Sunda Island (Sunda Besar) dan Lesser Sunda Islands (Sunda Kecil).
6. Borobudur seringkali diklaim dibangun oleh Orang Suku Jawa.
Logika berpikir mereka adalah karena Borobudur itu ada di Jawa Tengah, dan Jawa Tengah sekarang adalah wilayah Suku Jawa. Kesimpulannya Borobudur didirikan oleh Orang Jawa. Khan dulu belum ada konsep pembagian Provinsi dan Kesukuan seperti sekarang. Padahal, Borobudur sudah jelas peninggalan dari Dinasti Kerajaan Srivijaya yaitu Syailendra yang memang wilayah kekuasaanya juga sampai ke Pulau Jawa termasuk Jawa Tengah. Yang membangun Borobudur ya orang-orang yang diperintahkan oleh penguasa Dinasti Syailendra dari kerajaan Sriwijaya. Tapi tidak ada yang bisa memastikan apakah yang membangun itu adalah orang Jawa seperti sekarang atau bukan. Bisa saja Syailendra membawa tenaga ahli dan tukang bangunanya dari Sumatra.
7. Sering ada klaim dari tidak sedikit Orang Jawa, khususnya mereka yang rasa kesukuanya tinggi, bahwa orang Jawa itu yang pernah menguasai Nusantara. Bahkan mengklaim bahwa negara Indonesia ini berdiri atas jasa Majapahit yang katanya pernah menguasai Nusantara.
Itu adalah pemahaman yang salah besar. Salah Tafsir dari orang-orang Sukuisme atau etnosentris.
Yang saya pahami, pada zaman Majapahit semua kerajaan itu bersatu semua memberikan dukungannya kepada Majapahit. Semuanya sejajar sesuai dengan semboyan Majapahit sendiri yaitu : "Mitra Satata" yang artinya Mitra sejajar. Jadi Majapahit tak pernah menguasai nusantara apalagi sampai menaklukan atau menjajah setiap tempat di nusantara. Karena di banyak daerah di Indonesia tidak ditemukan banyak bukti bahwa Majapahit menguasai atau menjajah wilayah tersebut. Beda kalau Belanda dan Jepang pernah menguasai Indonesia kan banyak buktinya.
Negara Indonesia ini juga berdiri bukan atas jasa Majapahit. Mari kita renungkan bersama : Di mana kerajaan Majapahit saat perang kemerdekaan? Sudah Tidak ada kan.
Pada saat bangsa-bangsa Eropa datang menjajah, Indonesia sedang terbagi-bagi dalam wilayah Kesultanan dan Kerajaan lain. Majapahit sudah lama runtuh. Lalu apakah yang mempersatukan kembali orang-orang di Nusantara ini? Bukan Majapahit karena Majapahit sudah tidak ada. Yang mempersatukan adalah rasa penderitaan senasib, sepenanggungan karena dijajah. Akhirnya tonggak persatuan itu kembali muncul ketika para pemuda dari berbagai daerah melakukan Sumpah Pemuda. Inilah tonggak dimulainya persatuan baru sebagai Bangsa Indonesia. Ingat, bahwa Indonesia bukan istilah yang muncul sejak zaman Majapahit. Tapi muncul sejak zaman kedatangan Bangsa Eropa ke tanah air ini. Dan itu kemudian diikrarkan kembali saat sumpah pemuda.
Pada saat Indonesia Merdeka pun, wilayah-wilayah kesultanan dan kerajaan yang tadinya terpisah-pisah, satu persatu mulai menyatakan diri secara sukarela bergabung ke dalam wadah NKRI. Ingat, secara sukarela bukan karena takluk sama Majapahit. Khan Majapahit sudah tidak Ada.
Nah, hanya saja karena pendiri negara kita saat itu banyak orang dari Suku Jawa, maka dalam membangun dasar-dasar negara pun banyak mengambil ide dari Kerajaan Majapahit. Jadi seakan-akan berdirinya negara ini hanya atas jasa Majapahit seperti yang dikira banyak Orang Jawa selama ini. Padahal itu anggapan yang keliru.
Masing-masing daerah punya andil dalam berdirinya NKRI ini. Misalnya rakyat Aceh berbondong-bondong mengumpulkan uang untuk membeli pesawat. Indonesia bisa punya pesawat negara pertama Kali adalah dari rakyat Aceh. Bukan dari Majapahit, karena Majapahit sudah tidak ada.
Kesultanan Siak di Riau juga menyumbangkan 13 Juta Gulden (1000 Triliun) untuk berdirinya Negara ini. Sulawesi Selatan juga pernah membayar kemerdekaan dengan nyawa ribuan warganya saat berjuang melawan Belanda. Saat itu ribuan rakyat Sulawesi Selatan dibantai oleh Westerling.
Dimana Majapahit saat itu? apa yang Majapahit korbankan untuk berdirinya negara ini? Tidak ada, karena Majapahit Sudah tidak ada.
Yang ada justru Majapahit dikasih tempat untuk kembali di negara yang sudah merdeka atas pengorbanan banyak pihak di negeri ini. Majapahit kembali diberi tempat di negeri ini khususnya oleh orang-orang Jawa yang memimpikan negeri ini seperti Majapahit. Istilah-istilah kenegaraan mengambil dari Majapahit seperti Bhineka Tunggal Ika. Istilah-istilah untuk lembaga-lembaga negara dan sloganya banyak yang mengambil istilah dari zaman Majapahit. Tapi ingat sekali lagi itu bukan berarti bahwa berdirinya negara ini hanya atas jasa Majapahit. Karena kerajaan Majapahit sudah tidak ada saat perjuangan kemerdekaan RI.
Kesimpulan :
1. Sebagai orang Jawa, saya mengajak kita semua khususnya dari Suku Jawa agar belajar banyak kembali soal banyak hal terkait sejarah negara ini dari berbagai sudut pandang.
2. Janganlah kita membiasakan diri main klaim ini itu sebagai miliknya orang Jawa tanpa sumber yang jelas atau tanpa informasi yang imbang dari beragam sudut pandang suku-suku Indonesia lainnya.
3. Selalu menjaga persatuan. Jangan merasa Sukuisme, jangan merasa paling tinggi dari yang lain hanya karena Suku Jawa saat ini menjadi yang Mayoritas. Kita perlu ingat Indonesia dibangun dan diperjuangkan oleh beraneka suku di Nusantara ini. Bukan oleh Jawa saja. Saya pikir juga, kita sebagai orang Jawa itu akan dihormati karena kebesaran hati bisa menerima keberdaan dan kelebihan suku lain. Bukan hanya karena menggembar gemborkan soal sejarah suku sendiri saja.