Foto: Jejak Islam untuk bangsa |
Pikiran melayang dan membayang. Jiwa diri tak sekuat karang. "Satu saja yang menakutkan Dinda sekarang ini. Yaitu diri Kanda sendiri!" tabah Siti Raham tak pernah hilang. Buya Hamka mencari kekuatan ke istri tersayang.
Spionase tak kenal tanggal merah. Kabar mata-mata telah sampai Tanah Bato membuat resah. "Lepaskanlah diri kemana yang akan aman. Anak-anak, Dinda bawa ke kampung kita," teguh Siti Raham.
Lautan pengungsi saat agresi militer Belanda II membawa Siti Raham dan anak-anak melangkahkan kaki 1,5 kilo. Di sebuah rumah, di daerah di Guguk Malintang itu, Hamka penuh rencana. "Mungkin Kanda terus ke Rengat Indragiri. Kalau dapat meluputkan diri terus ke Singapura. Barangkali Kanda akan berjuang ke luar negeri. Kalau mungkin ke tanah Arab, ke Mesir dan lain-lain," desis Hamka berhembus ke telinga istrinya.
Selamat sekali tak selalu berkali-kali. Sebagai sosok berpengaruh, Hamka sadar dalam buruan. Apalagi Karim Halim telah lama dalam tawanan. Padang Panjang masih dihujani peluru. Peluru yang siap menyasar Hamka. Sebulan menjelang, Chatib Sulaiman yang justru rebah di tanah. Sebelum itu, Hamka bersiap menuju Singapura.
Apa yang terjadi? Sebuah "film nyata" tak sesederhana buku cerita. Ketegangan amat terasa. Saat itu, tokoh-tokoh penting siap dilenyapkan. Kita akan menyaksikan lebih tegang.(Hendra Sugiantoro, 4-8-2022).
__________________________
Intro: KABAR GEMPAR, HAMKA DISANGKA TEWAS:
==============
Baca Juga: Kabar Hamka disangka Tewas