"Ustadz Kampung dan Tahniah"
Ketika seorang Tuan Bupati memenangkan persaingan pemilihan gubernur, Buya Kampung yang selama ini kenal akan ia belum juga "mencogok" mengucap selamat. Bahkan pesan digawaipun tak tiba sebagai tahniah atas kedudukan bergengsi yang baru sahaja dicapai oleh Tuan Bupati.
Sampailah ketikanya setelah satu bulan berlalu, suatu mejelis menghimpun Buya Kampung dengan sang gubernur (mantan bupati). Di sela-sela acara, Tuan Gubernur membisikkan pertanyaan, "Kenapa Tuanku tak bertandang ke rumah ?".
Dengan berat hati sang buya menjawab, "Untuk apa kami ke rumah duhai tuan? Untuk mengucap selamatkah? Apakah jabatan yang tuan pikul yang bisa berujung penyesalan di akhirat, akan kami iringi dengan ucapan selamat? Apakah jabatan ini akan membawa keselamatan untuk tuan atau membawa malapetaka? hanya Allah SWT yang tahu".
Gubernur itu terdiam sahaja mendengarkan jawaban sang buya. Sebenarnya Buya Kampung itu khawatir juga, jika gubernur itu tersinggung. Namun mau bagaimana lagi, inilah saatnya untuk mengingatkan sebelum beliau jauh melangkah.
Ustadz kampung pun melanjutkan, "Tuan !Tuankan tahu perangai kami selama ini. Lagi pula kehadiran tanpa sebab yang jelas dari ulama ke pintu penguasa, bisa mengundang fitnah. Tuan tentu ingat hadits yang pernah kami sampaikan dalam suatu pengajian di rumah tuan dahulu?
مَنْ أَتَى أَبْوَابَ السُّلْطَانِ افْتَتَنَ
"Siapa yang mendatangi pintu-pintu sulthan, terfitnah". (HR. al-Tirmidzi).
Kalau tuan perlu, tuan tentu dapat menelpon dan kalau memang perlu penjelasan, kita bisa rancang pertemuan, Insya Allah".
"Baiklah Tuanku", kata sang gubernur.
"Selanjutnya apa yang bisa Tuanku lakukan buat kami dalam memikul jabatan berat ini ?", tanya Tuan Gubernur.
Buya Kampungpun berkata, "Kami tetap berdo'a yang
terbaik
untuk tuan, akan tetapi biarlah isinya menjadi rahasia antara hamba dengan Rabb. Kami juga akan menjalankan tugas keulamaan dengan amanah ilmiah yang akan mengingatkan tuan terus agar jangan berkhianat dengan amanah. Itu akan kami lakukan semampu kami. Semoga sahaja tuan tidak tersinggung bila kami tegur. Kami agak khawatir karena sekarang tuan bukan bupati lagi"."Kami tetap yang dulu juga Tuanku. Tak ada bedanya dan tak akan berubah walaupun dalam jabatan yang berbeda", kata Tuan Gubernur.
"Kami juga tetap sama seperti dahulu dan tolong do'akan kami agar tetap istiqamah dan tidak berubah karena godaan dunia", timpal Buya Kampung.
"Sama-sama Tuanku", tutup tuan gubernur.
Disalin dengan penyelarasan bahasa dan tidak mengubah isi dari kiriman FB Buya Gusrizal Gazahar Dt. Palimo Basa
Gambar: eramuslim