Gambar Ilustrasi: https://capitalandmain.com |
Oleh: Mardigu WP
BI (Bank Indonesia) akhirnya intervensi Rupiah yang melemah Selasa [24 Maret 2020] dengan guyuran hampir 18 bilion [milyar] dolar atau setara 300 Triliun Rupiah. Laju pelemahan Rupiah mata uang Asia Tengara ini tertahan kejatuhannya.
Di Bursa Saham yang juga ambrol sudah 2 [dua] kali diintervensi dengan Buy Back oleh para pemegang saham, namun kenyataannya tidak tahan juga arahnya terus kebawah. Sampai berapa lama saham jatuh? Kapan kita masuk ke pasar membeli saham murah, saham apa yang layak di beli?
Sebentar. Ini menjelaskannya agak panjang. Dalam video dan tulisan banyak saya mengatakan, ini bukan keadaan normal namau Keadaan Perang. Dalam keadaan perang lupakan TEORI EKONOMI. Lupakan apa itu nasehat ekonomi dari para pakar ekonomi atau yang jago bisnis sekalipun. Ini global paradox. Ini ngak ada perbandingannya.
Bahkan sahabat saya pemilik salah satu investment company [perusahaan investasi] terbesar di Indonesia mengatakan, GLOBAL EKONOMI control + alt + del !! Reset semuanya.
Yang jadi pertanyaan berikutnya adalah apakah Rupiah jatuh karena spekulan? Kalau karena spekulan ketika BI intervensi maka spekulan ngabur dengan profit. Dan cari target lainnya.
Begini sederhananya. Ketika spekulan memainkan emosi Dolar-Rupiah katakan dia masuk di pasar sepi karena orang sedang sibuk dengan Corona. Dia masuk membuang Rupiahnya, katakan sejak harga 14.700 an, lalu di harga 16.700, BI intervensi, di guyur Dolar.
Spekulan langsung lepas di harga 16.500, panen mereka 15%, kalau modal 5 triliun maka dalam 2 minggu dapat 750 milyar. BI masuk ngabur [pergi/lari]dah bawa profitnya. Nilai mata uang Rupiah menguat lagi bahkan bisa balik ke 15 ribuan. Itu kalau spekulan yang kerja.
Lalu ada beda kalau memang market [pasar] yang perlu dolar. Misalnya Pertamina yang mau import, PLN dan BUMN lainnya yang kemarin-kemarin pinjem membangun infrastuktur pakai Dolar yang kemudian harus pegang Dolar saat ini, maka pasti beli Dolar lebih banyak dari yang jual Dolar. Karena mereka yang ekpor belum pulih. Dolar ngak ada di pasaran. Dengan kondisi begini maka Rupiah besok melemah lagi.
Terus ada lagi yang terakhir, yang ngak [tidak] ada hubungannya dengan surplus perdagangan, yang bukan juga spekulan mata uang. Yaitu mereka benar benar MENARGET Indonesia seperti tahun 97/98. Itu bisa terus hajar rupiah tanpa belas kasihan. Intervensi BI [pada hari] Selasa, bisa besok besoknya di pukul lagi-DI HIT lagi.
Ini yang saya takutkan. Karena sekali lagi saya ini pakar walau kecil kecilan adalah THREAT ANALYSIS. Rupiah bisa ngak ada bottomnya, saham bisa ngak ada bottomnya.
Kalau di tanya kapan beli saham di bursa, kapan kita lepas Dolarnya? Maka jawabannya adalah, ketika sebuah pisau meluncur jatuh, jangan coba tangkap pisau itu. Biarkan sampai nancep di tanah baru angkat gagangnya.
Mengertikah sahabat sanepo ini? kiasan ini?
Rupiah kalau di hit [dipukul], saham kalau di hit. Biarkan dulu jangan tangkap di jalan, berdarah tanganmu bisa bisa. Saya bersama ini mengingatkan semua pihak termasuk diri saya. Sahabat semua pasti pernah main di pantai khan? Main ombak.
Kita akan naik ke papan luncur atau surfing atau yang simple deh, main body board, anda akan memilih ombak mana yang akan diambil. Yang pasti ombak terbaik yang bisa panjang dan membawa anda ke pantai dengan naikin gelombang.
Pada saat ini kita sedang di pantai dan ada ombak. Ombak di depan kita, wavenya [gelombangnya] namanya Corona Virus. Kalau kita tidak bisa menaklukan ombak tadi, kita pasti kegulung, dan di belakangnya ada ombak yang lebih besar yang namanya Resesi.
Jadi pastikan ombak Corona bisa kita lewati, dengan tanpa ragu ambil gelombang yang tepat yaitu kita taklukan gelombang resesi. Kalau kita terlalu dekat dengan Ombak Corona, kita tidak lihat ada ombak yang lebih besar di belakang Corona namanya ombak resesi. Kita terlalu fokus di ombak terdekat, kita ambil ombak itu. Dan kita kegulung ombak resesi yang lebih besar.
Ombak Corona harus cepat di atasi, dan fokus ke yang lebih besar naikin ombak resesi. Kita bisa selamat kedepannnya. Di tengah Corona mengganas sehingga gerakan terbatas, dan pilihan sulit ekonomi karena rupiah, impor, bahan baku habis, bulan ini banyak yang bisa membayar karyawan dari separuh bulan berdagang bulan kemarin.
Bulan April belum tentu ada omzet jadi karyawan bayar pakai tabungan pemilik. Lalu bulan Mei gajih plus THR, apa yang harus pemilik lakukan ketika jualan tidak menutupi biaya lagi. Kuatkan pengusahanya? PHK kah pilihannya. Atau bangkrut?
Semua orang teriak.
Dalam tulisan ini ada kata global ekonomi = Control + alt + delete itu kenapa? Lalu ternyata ada gelombang tsunami besar di belakang gelombang resesi yaitu PERANG 2 RAKSASA yang akan mengganas memuncak sebelum Pemilu Amerika bulan November 2020.
Kalau pengusaha saat ini sulit melihat di atas bulan Mei masih bisa bisnis atau tidak karena gerakan terbatas corona dan hancurnya Rupiah serta bursa, maka pejabat negara sedang menganalisa, apa yang terjadi sampai November. Masih lihat 2021 kah? #peace
__________________________
Disalin dari kiriman facebook Mardigu WP
Diterbitkan pada 24 Maret 2020