Sumber Gambar: https://steemit.com |
“Padang Genting
Djakarta, 8 Agoest (Antara)
TADI malam B.B.C. (Londen) menjiarkan, bahwa seorang opsir
Inggeris ditembak mati di Padang. Kini sedang dikirim kesana 2.000
serdadoe.” (A)
==============
“Padang genting
Boekittinggi, 8 Agoest (Antara)
BERHOEBOENG dengan penangkapan sewenang2 atas diri pembesar2
Indonesia oleh Inggeris/Nica di Padang maka Goebernoer Moeda Soematera
Tengah Dr. Moh. Djamil telah mengirimkan kawat kepada pihak Serikat
menoentoet soepaja mereka dibebaskan dengan segera, karena hal itoe
moengkin akan mengganggoe keamanan jg. akibatnja tidak bisa ditanggoeng.
Dari pihak jang boleh dipertjaja “Antara” mendapat kabar bahwa
Kepala Polisi Padang bagian siasat tn. St. Boerhanoedin dan 14 polisi
agen jang ditangkap oleh Serikat telah dimerdekakan kembali pada tg. 5/8
[1946].
Tentang keadaan di Padang jang sebagai diketahui kini dalam
keadaan katjau-balau karena perboeatan Inggeris/Nica dapat dikabarkan
lebih djaoeh bahwa telah terjadi kebakaran di Alanglawas, jaitoe bagian
kamp dikota Padang, hingga 4 roemah terbakar. Setengah djam
kemoedian terdjadi poela kebakaran di Padangpasir dan di Kampoeng Perak.
Djoega terdengar letoesan2 dari djoeroesan lapangan terbang di Tabing
kira 15 km. dari Padang.” (B)
***
Salinan dari laporan surat kabar Ra’jat, No.236 TAHOEN KE I,
KEMIS 8 AGOESTOES 1946 (A) dan No. 237, THOEN KE I, DJOEM’AT, 9
AGOESTOES 1946 (B) tentang tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh
pasukan Inggris dan Belanda (NICA) di Padang pada awal Agustus 1946
kenyusul kedatangan mereka kembali ke Indonesia dengan alasan untuk
memulihkan keamaanan negeri yang sudah ditinggalkan oleh Jepang itu.
Namun, sebagaimana sudah sama kita ketahui, kedatangan tentara Belanda
yang dibantu oleh pasukan Inggris itu dianggap oleh bangsa Indonesia
sebagai upaya untuk menjajah Indonesia kembali.
Pasukan Inggris dan Belanda melakukan penangkapan-penangkapan
dimana-mana. Mereka juga melakukan perusakan dan pembakaran rumah-rumah
penduduk, serta menyita senjata dan fasilitas publik. Tindakan
sewenang-wenang ini telah menimbulkan rasa antipati yang makin meluas di
kalangan rakyat Indonesia.
Sejarah telah mencatat bahwa akhirnya Belanda secara resmi melakukan
Agresi Militer Pertama (‘Aksi Polisionil’ menurut istilah mereka) pada
27 Juli 1947, yang kemudian dilanjutkan dengan Agresi Militer Kedua
sejak 19 Desember 1948. Kedua agresi militer itu gagal. Rakyat Indonesia
sudah bertekad untuk tidak mau dijajah lagi oleh Belanda.
Kiranya para sejarawan dapat melakukan investitasi historis lebih
menyeluruh tentang apa yang telah dilakukan oleh gabungan pasukan
Inggris (dengan tentara Gurkha-nya) dan Belanda dengan tentara
NICA-nya) dalam rentang waktu Agustus 1945 sampai Juli 1947.
Pelanggaran-pelanggaran kemanusiaan yang mereka lakukan setelah mendarat
di Indonesia harus dipertanggungjawabkan. Penelitan KITLV dan
mitra-mitranya tentang Indonesia pada periode 1945-1950 harus
mengungkapkan pula dosa-dosa yang telah dilakukan oleh tentang Inggris
di Indonesia, tidak hanya fokus kepada aksi-aksi brutal tentara Belanda
saja.
Dr. Suryadi – Leiden University / Padang Ekspres, Minggu 27 Mei 2018
__________________________
Disalin dari blog Engku Suryadi Sunuri: Niadilova.wordpress.com