Minang Saisuak #257 – Dr. Abdul Halim: Putra Bukittinggi yang jadi Perdana Menteri (1950)
Rubrik ‘Minang saisuak’ kali ini menurunkan kodak Dr. Abdul Halim, putra Bukittinggi yang pernah menjadi Perdana Menteri Republik Indonesia pada tahun 1950.
Dr. Abdul Halim dilahirkan di Bukittinggi tgl. 27 Desember 1911. Beliau adalah kemenakan Mr. Assaat,[1] acting (Pejabat) Presiden Republik Indonesia semasa RIS (Republik Indonesia Serikat; profil Mr. Assaat sudah kami turunkan dalam rubrik ini tgl. 17-1-2016).
Setelah tamat di Hollandsch-Inlandsche School (HIS),[2] Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO),[3] dan Algemeene Middelbare School (AMS),[4] Abdul Halim muda mengikuti kuliah di GHS (Perguruan Tinggi Kedokteran)[5] di Jakarta sampai 1940 dan lulus dengan gelarArts.[6]
Kemudian ia menjadi dokter dan bekerja di Rumah Sakit Umum Negeri Jakarta (Sekarang RSCM[7]) sebagai asisten bagian THT.
Ketika masih menjadi mahasiswa kedokteran, Abdul Halim menduduki tempat yang terpenting dalam dunia olah raga Indonesia. Demikianlah umpamanya, ia pernah memimpin perkumpulan olahraga “Setiaki”, ketua Persatuan Sepakbola Jakarta (Persija), pemimpin teknis Persija, wakil pemimpin besar “Gelora”, dan pemimpin PSSI di Jakarta.
Beliau adalah salah seorang anggota senior KNP dan BP KNIP. Untuk beberapa waktu Dr. Abdul Halim dalam tahun 1947 menjadi Komisaris Pemerintah di Jakarta, dan kemudian menjadi kepala Seksi Luar Negeri dan Penerangan BP KNIP. Dalam tahun 1949 beliau duduk dalam delegasi pemimpin-pemimpin Republik Indonesia yang lebih dulu dalam bulan Maret bertolak ke Bangka untuk mengadakan perundingan dengan pemimpin Republik yang ditawan Belanda di Bangka, yaitu dengan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta cs. Dalam bulan Juni tahun itu juga berangkatlah Dr. Halim bersama-sama dengan Drs. Mohammad Hatta ke Kotaraja (Aceh). Di sana ia mengadakan perundingan-perundingan dengan pemerintah Darurat di Sumatera terkait dengan perundingan Roem – Van Royen.
Walaupun Dr. Abdul Halim dalam tahun 1945 untuk beberapa waktu lamanya duduk sebagai anggota Partai Sosialis dan menjadi anggota BP KNIP, pada tanggal 16 Januari 1950 beliau ditunjuk sebagai politikus tidak berpartai untuk memangku jabatan Perdana Menteri (PM) Republik Indonesia. Beliau menjabat PM dari 16 Januari 1950 – 5 September 1950, dengan wakilnya Abdul Hakim.
Riwayat hidup Dr. Abdul Halim antara lain dapat dibaca dalam buku Hasril Chaniago, 101 Orang Minang di Pentas Sejarah (Padang: Yayasan Citra Budaya Indonesia, 2010: 108-111). Salah satu perjuangan PM. Abdul Halim yang perlu dicatat ialah bahwa beliaulah, bersama M. Natsir, yang mengembalikan Indonesian menjadi negara kesatuan, dengan jalan membubarkan Republik Indonesia Serikat (RIS), demikian Chaniago (h. 111).
Setelah keluar dari dunia politik, Dr. Abdul Halim pernah mengirim surat terbuka kepada Presiden Soekarno, tertanggal: “Djakarta, 27 Mei 1955”, yang mengingatkan “Putra Sang Fajar” menyangkut keadaan ekonomi dan penghidupan rakyat jelata yang makin sulit akibat percekcokan politik yang makin tidak berkeruncingan di kalangan elit (lihat: “Surat terbuka Dr. Halim kepada Bung Karno”, Pesat: Mingguan Politik Ekonomi & Budaya, No. 23, TAHUN XI, 8 DJUNI 1955 :7-8).
Dokter yang “tersesat” menjadi politikus ini tetap membujang sampai akhir hayatnya. “Beliau meninggal di RSCM Jakarta, rumah sakit yang pernah dipimpinnya, pada hari Sabtu tanggal 4 Juli 1987.” (Chaniago, 2010:111).
Apakah ada kenangan yang dibuat oleh masyarakat Bukittinggi terhadap putra daerahnya yang berjasa di pentas nasional ini? Kenang! Kenanglah beliau! Sebisa kita.
Suryadi – Leiden, Belanda | Singgalang, Minggu, 27 Maret 2016
(Sumber foto: MadjallahMERDEKA No. 15, Th. III, 15 April 1950: 5; Sumber teks sebagian besari diambil dari: Penuntun. Madjallah Kementerian Agama Rep.IndonesiaNo. 10, Th. Ke IV, Oktober 1950: 195-196).
_____________________
Catatan Kaki [oleh; Bukit Tinggi Heritage]
[1] Mr. Assat dengan ayah dr. Halim saudara satu ibu lain ayah.
[2] Sekolah Belanda untuk penduduk pribumi. [Lihat wikipedia]
[3] Memiliki arti "Pendidikan Dasar Lebih Luas" yang merupakan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di masa Belanda. [Lihat wikipedia]
[4] Pendidikan Menengah pada masa Kolonial Belanda. [Lihat wikipedia]
[5] Geneeskundige Hoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Kedokteran) biasa disingkat menjadi GH te Batavia atau GHS yang dibuka sejak 16 Agustus 1927 diBatavia (sekarang Jakarta), adalah perguruan tinggi kedokteran pertama dan lembaga pendidikan tinggi ketiga di Hindia Belanda setelah dibukanya THS Bandung tahun 1920 dan RHS Batavia tahun 1924. [Lihat wikipedia]
[6] Dokter dalam Bahasa Belanda
[7] Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Disalin dari: https://niadilova.wordpress.com/2016/03/28/minang-saisuak-257-dr-abdul-halim-putra-bukittinggi-yang-jadi-perdana-menteri-1950/
Lihat Juga: https://id.wikipedia.org/wiki/Abdoel_Halim