Ilustrasi Gambar: Menara62 |
*Beda Muhammadiyah dengan NU Memandang Amal Usaha dan Cara Kerja*
1 Mei 2021.
“Di Muhammadiyah, semua amal usaha atau aset tidak ada satu pun yang bernama pribadi, apalagi keluarga. Semua aset Persyarikatan, mulai TK di kampung terkecil sampai univeritas bertaraf internasional, semuanya atas nama Muhammadiyah. Langsung urusannya dengan amal usaha. Karena itu tidak bisa diwariskan.”
Nurbani lantas mengomparasikan dengan Nahdlatul Ulama (NU) tanpa bermaksud untuk mencari mana yang benar dan salah, juga tak bermaksud untuk melihat mana yang baik maupun buruk.
Berbeda dengan di NU, semua aset milik pribadi dan bisa diwariskan ke anak/cucu. Akan tetapi tetap atas nama tenda besar jamiyah NU. Ini adalah sesuatu yang sangat sifatnya prinsipil.
Karena itu, mengutip kata mantan *Wapres Jusuf Kalla,* "Muhammadiyah itu holding (perusahaan), sedangkan NU adalah franchise (waralaba)."
*"Gus Dur* juga pernah mengatakan, pengurus Muhammadiyah itu miskin-miskin, organisasinya kaya. Sedangkan pengurus NU kaya-kaya, tapi organisasinya miskin,” paparnya kepada peserta yang merupakan dosen dan karyawan pemula/baru UMM.
Di Muhammadiyah, lanjut Nurbani, semua aset juga tidak semua jadi langsung besar. UMM, misalnya, tidak bisa "ujug-ujug" besar. Seperti bangun seribu candi yang semalam selesai.
Tapi penuh dengan perjuangan. Bagaimana Muhammadiyah itu besar? Muhammadiyah ini besar salah satunya karena urunan.[1]
Oleh karena itu, tak heran
*Carl Whiterington*, peneliti senior asal Amerika Serikat, menyebut Muhammadiyah adalah organisasi yang diberkati. “Meskipun ormas modern, cara kita membikin amal usaha itu sederhana sekali: urunan. Siapa yang urunan, pengurus,” ujarnya lantas tersenyum.
Karena itu, model kedua ormas ini pun punya kekurangan dan kelebihan.
Disalin dari kiriman FB: Uda Anton Pratama
Catatan Kaki:
[1] Urunan = Sumbangan