Gambar: wikipedia |
MINANGKABAU ITU ADALAH MELAYU TUA
Kadang-kadang di tengah masyarakat ada yang bertanya "Apakah Minangkabau itu serumpun Melayu?"
Orang Minangkabau pasti menjawab "YA. Orang Minangkabau tahu kalau leluhurnya Bangsa Melayu adalah manusia berhati malaikat & pelaut ulung."
Tapi pada kenyataannya Minangkabau adalah MELAYU TUA & dari kebudayaan Minangkabau maka muncullah Melayu Muda. Dikarenakan orang Minang yang suka merantau pada dahulu kala. Basisnya di Pulau Sumatera bagian tengah. Lalu menyebar ke daerah di sekitarnya bahkan sampai ke Semenanjung Malaka atau yang kita kenal dengan Malaysia sekarang.[1]
Lima Aliran utama dari Silek (Silat) Minang (Nan bagala, artinya gelar untuk nama orang atau tokoh yang pertama kali memperkenalkannya):
- Nan bagala Harimau Campo = Silek Harimau Campo
- Nan bagala Kambiang Hutan = Silek Kambiang Hutan
- Nan bagala Kuciang Siam = Silek Kuciang Siam
- Nan bagala Anjiang Mualim = Silek Anjiang Mualim
- Nan bagala Sutan Batuah (Hang Tuah) = Silek Malaju (Silat Melayu)
Malaju = Bangsa Pelaut, Silek Malaju = Silatnya Bangsa Pelaut.[2]
Minangkabau itu Melayu tapi Melayu bukanlah Minangkabau,
Maksudnya?
Ya mungkin sepintas lalu kata-kata diatas akan membuat anda bertanya-tanya mengenai judul itu. Salah satu suku atau etnik yang ada di Indonesia adalah Melayu. Biasanya orang mengidentikkan Melayu itu dengan budaya keislaman [di Indonesia, Melayu diidentikkan dengan Riau].[3]
Dan jika ditanya Melayu dimana? banyak orang akan menjawab "Tanah Melayu itu ada di sekitaran pulau Sumatra, semenanjung Malaka dan di pulau Kalimantan bagian utara dan barat."[4]
Kita lihat di Pulau Sumatera. Di Pulau Sumatera ada 10 provinsi untuk saat ini. Sebagian besar provinsi yang ada memang menerima dikatakan basis Melayu. Katakanlah di Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung (Babel), Jambi, Palembang, dan Bengkulu. Provinsi-provinsi tersebut memang cukup antusias mengangkat kebudayaan Melayu sebagai identitas provinsinya.
Namun bagaimana dengan yang namanya Ranah Minangkabau?
Saya menilai bahwa budaya Minang cukup istimewa. Minang itu bisa dikatakan Melayu. Karena identik juga dengan kebudayaan Minangkabau. Namun jangan cepat-cepat mengatakan Melayu itu sama dengan Minang. Kenapa? Karena tidak semua hal yan ada di kebudayaan Minangkabau itu bisa ditemukan di kebudayaan Melayu yang ada saat ini.[5]
Minang itu adalah Melayu Tua. Dari kebudayaan Minang maka muncullah Melayu Muda. Dikarenakan orang Minang yang suka merantau pada dahulu kala. Basisnya di Pulau Sumatera bagian tengah. Lalu menyebar ke daerah di sekitarnya bahkan sampai ke Semenanjung Malaka [Semenanjung Malaya] atau yang kita kenal dengan Malaysia sekarang.[6]
Akibatnya budaya Minang membaur juga dalam kehidupan masyarakat di beberapa provinsi lain. Ini akibat dari adanya pembagian daerah seperti Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Riau dan sebagainya. Dengan adanya pembagian wilayah tersebut mengakibatkan Budaya Minang itu kurang terangkat di daerah yang telah masuk ke provinsi yang identitasnya Melayu. Seperti di Kerinci kalau di Jambi, Kuantan, Singingi kalau di Riau dan daerah lainnya.[7]
Di daerah itu masyarakatnya memakai system kekerabatan dan system adat yang ada pada budaya Minang. Budaya Minanglah yang dipakai oleh masyarakatnya dalam kehidupan keseharian. Namun karena sudah masuk ke wilayah provinsi dengan identitas Melayu maka Budaya Minang yang ada tersebut dianggap saja sebagai budaya Melayu. Itulah sebabnya banyak budaya Melayu yang mirip dengan budaya Minang.[8]
Lalu bagaimana caranya membedakan mana budaya Minang dan mana budaya Melayu? Cukup susah. Mereka mirip tapi berbeda. Yang jelas apa yang ada dalam kebudayaan Melayu pasti ada di budaya Minang. Tapi apa yang ada dalam kebudayaan Minang belum tentu bisa dijumpai pada budaya Melayu.[9]
Bisa memberikan contoh yang konkret? Begini…
Lihatlah bahasanya. Kosakata dalam bahasa Melayu ada dalam bahasa Minang. Bedanya hanya dari bentuk pengucapan. Bahasa Melayu identik dengan bunyinya yang pada umunya “A” sedangkan bahasa Minang lebih suka memakai akhiran “O”. Dengan kata lain kosakata bahasa Minang itu “di-indonesia-kan”.[10]
Lalu busana dan cara berpakaian. Keduanya sama-sama mengenal baju kurung untuk perempuan. Sama-sama memakai aksesoris seperti mahkota di kepala perempuan. Tapi bentuknya berbeda. Sangat berbeda. Kalau di budaya Melayu cenderung lebih kecil atau sederhana. Tapi pada budaya Minang suntiangnya besar dan lebih megah. Lalu bagaimana dengan yang dipakai perempuan di kepala yang berbentuk tanduk kerbau itu? Itu Minang, bukan Melayu. Desain dan gayanya juga berbeda. Perhatian pada beberapa bagian seperti pada lengan baju, kerah, aksesoris kepala, motif dan dasar kain yang digunakan.[11]
Selanjutnya pada alat musik dan instrument musiknya. Kalau didengar dengan baik, gaya dan instrumen musik Minang berbeda dengan musik Melayu. Perbedaan paling signifikan terletak pada alat musiknya. Jika pada instrumen music tersebut ada unsur bunyi dari talempong dan saluang maka itulah musik Minang. Pada musik Melayu alat musik tersebut tidak ada.
Kata kunci untuk membedakan antara Minang dan Melayu adalah: rumah gadang bagonjong, talempong, saluang, randai, motif desain, bahasa, tarian, lagu, masakan, sejarah.
Cukup banyak kekeliruan di masyarakat tentang hal ini. Misalkan saja pada acara-acara di televisi, ketika mengangkat budaya Minang, yang terasa adalah Melayunya bukan Minangnya. Misalkan dalam memutar lagu atau insrtumen musiknya. Hal ini sangat bisa dirasakan oleh orang Minang. Jika mendapati hal tersebut pasti mereka akan mengatakan itu bukan Minang.[12]
Pada intinya… budaya Minang dan budaya Melayu itu mirip. Pada budaya Minang kita bisa menemukan budaya Melayu. Tapi pada budaya Melayu kita belum tentu bisa menemukan budaya minang. Satu badan tapi nyawanya berbeda. Udaranya sama tapi seni bernafasnya berbeda.
SALAM BUDAYA
Disalin dari kiriman FB: Wismar Jhon
Catatan: Kata dalam tanda [] ditambahkan oleh admin.
baca Juga: Minangkabau ialah Melayu
Catatan Kaki oleh Admin:
[1] Istilah Melayu Tua (Proto Melayu) dan Melayu Muda (Deutro Melayu) digunakan oleh para Ahli (ilmuwan, pakar) dalam mempelajari asal usul kedatangan dan penyebaran manusia di Kepulauan Melayu (Jawa: Nusantara). Kedua istilah ini sama sekali tidak ditemukan dalam perbendaharaan kata/ bahasa Bangsa Melayu ataupun dalam Tarikh (sejarah) mereka.
[2] Kemungkinan ini merupakan pendapat atau tafsiran dari penulis sendiri dalam mempelajari literatur Minangkabau
[3] Di Indonesia, istilah Melayu merujuk kepada Riau dan Melayu sendiri diidentikkan dengan orang-orang yang berbahasa Melayu dengan menggunakan Dialek 'e' sama dengan cara pengucapan orang Malaysia. Ditambah dengan pengelompokkan Melayu sebagai sebuah 'etnis' bukan 'bangsa' hal ini semakin memperkecil lingkup Melayu. Kemudian ketiadaan warisan pengetahuan dari generasi tua tentang Tarikh (sejarah) Alam Melayu, ketidak fahaman tentang keadaan Negeri-Negeri Melayu yang beragam (plural) dan pola fikir yang telah tercemar dengan budaya lain (asing) yang sama sekali berbeda dengan Budaya Melayu.
[4] Tergantung siapa yang ditanya, kebanyakan orang (Indonesia) sekarang hanya mengetahui bahwa Melayu ialah Riau dan Malaysia.
[5] Sebaiknya kita pelajari kembali Tarikh Alam Melayu, seperti apa Bangsa Melayu itu? Mana sahaja Puak Melayu itu?
[6] Ini tampaknya merupakan pendapat pribadi dari Si Penulis. Terdapat beberapa hal yang kami cermati; Selain Semenanjung Malaka juga dikenal oleh Bangsa Melayu, nama lain yaitu Semenanjung Malaya. Dan ianya tidak identik dengan Malaysia karena Malaysia terdiri dari Semenanjung Malaya dan Bagian Utara Pulau Borneo.
[7] Ketiadaan warisan pengetahuan, ketidak fahaman tentang tarikh bangsa, berakibat cara pandang yang menyamakan batas-batas wilayah pemerintahan masa kini (wilayah administrastif moderen) sama dengan batas-batas wilayah kebudayaan. Serta ketidak faham atas adat resam negeri, serta menguatnya sifat kedaerahan (etno sentris, chauvinist) dan sekarang sebagai tanggapan/balasan/reaksi terhadap Faham Nusantara yang rasis telah membuat anak-anak Melayu juga terbawa-bawa bersifat rasis. Bahkan beberapa orang dari Puak tertentuk menyatakan bahwa merekalah nan sebenar Melayu dan sesungguhnya Melayu itu berasal dari mereka.
[8] Terdapat beberapa wilayah di luar wilayah administratif Provinsi Sumatera Barat yang menolak mengaku Minang dan lebih mengaku Melayu. Hingga saat ini, hal tersebut masih menjadi pertikaian (polemik). Elok didudukkan dahulu apa itu Minang dan apa itu Melayu. Hal ini mengarahkan kita ke pangkal persoalan karena ketiadaan warisan pengetahuan tentang Tarikh Alam Melayu.
[9] Pelajari pluralisme dalam Budaya Melayu dan juga Budaya Minangkabau. Inilah akibatnya apabila kita memaksakan diri dalam melakukan identifikasi atas suatu Bangsa, terutama bagi bangsa yang plural
[10] Merujuk pada Bahasa Melayu yang di Indonesia dikenal dengan nama Bahasa Indonesia yang mana pada saat sekarang ini, perkembangan Bahasa Indonesia sudah jauh dari akar-akar Kemelayuan. Dan elok kita pelajari kembali sejarah Bahasa Indonesia ini karena akan memunculkan berbagai kontradiksi dari pengakuan sebagian besar orang-orang bahasa Bahasa Indonesia berasal dari "Riau". Sedangkan dialek Riau berbeda dengan dialek Bahasa Melayu yang kemudian dikenal sebagai Bahasa Indonesia.
[11] Lihat Catatan No.9
[12] Pelajari tentang Musik Gamad