KIDUNG SORANDAKA PUPUH # 22 DARMASRAYA
FB Mr. AF | Pasukan Majapahit tiba di Swarnabhumi [Sumatera], dengn semangat terbajakan oleh semangat penaklukan untuk membebaskan [menguasai] Kerajaan Darmasraya dari hegemoni Kesultnan Aru Baruman[1] yang telah bercocokol selama 40 tahun (1301-1339) di bhumi Darmasraya mengusai sumber Lada dan mengusai perdagangn Lada.[2]
Seperti laporan Para Tengkulak Emas, pasukan telik sandi Majapahit yang dikirim dan laporan-laporan yang dikirimkan oleh “Kerabat kerabat“ Adityawarman ke Majapahit. Runtuhnya kerajaan Singasari pada tahun 1292 dan kekisruhn pada awal masa pembentukan negara Majapahit di bawah pimpinan Sanggramawijaya mempunyai pengaruh terhadap kedudukan negara-negara bawahan di Swarnabhumi.
Pada tahun 1294, tentara Singasari yang tergbung dalam pasukan Pamalayu, pulang kembali di bawah pimpinan Mahisa Anabrang. Dan sebagian dari tentara Singasari masih tinggal di daerah Dharmasraya. Kehilangan koordinasi dan Garis komando dari induknya di Bhumi Jawa. Membuat mereka kehilangan disiplin, membuat pasukan tersebut menjadi disertir.
Mereka bergabung dengan Kerajaan Aru Baruman, setelah kekalahan mereka mempertahankan [kekuasaan] Kerajaan Darmasraya. Maka berakhirlah penguasaan daerah lada Kuntu/Kampar Darmasraya. Menjadi kekuasaan Kesultananan Aru Baruman.
Satu faktor yang mengecewakan Kerabat-kerabat Adityawarman adalah ketidakmampuan Kerabat kerabat Adityawarman di Bhumi Wilwatikta,[3] untuk menjaga Dampar kencana Majapahit tetap berada di tangan Wong [Bangsa] Melayu.[4] Kematian Jayanegara yang terbunuh oleh Ra Tanca dan kegagalan Adityawarman mengantikan Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara.[5] Adalah bukti kegagalan Kerabat Kerabat Adityawarman melangengkan kekuasaan Wong Melayu di bhumi Jawa.
Membuat Adityawarman merasakan kekecewaan yang mendalam dan menyisakan dendam. Membuat ekspedisi Swarnabhumi ini menjadi pertaruhan yang menentukan bagi kebesaran nama seorang Adityawarman dalam memenuhi hegemoni ambisinya secara pribadi dan teruntuk Kerabat kerabatnya.
Pasukan yang dipimpin oleh Adityawarman di sambut oleh pasukan Darmasraya yng masih setia kepada kerajaan dan bersembunyi di hutan-hutan disekitar DAS [Daerah Aliran Sungai] Sungai Batang Hari. Mereka masih menjalin komunikasi dengan Adityawarman. Maka kedatangan pasukan Majapahit untuk membebaskan [mengambil alih] Kerajaan Darmsraya sudah di nanti-nanti oleh laskar [prajurit Pamalayu Jawa] Darmasraya oleh Datuk Dango Hitam Senapati laskar Darmsraya.
Pertemuan membahas strategi penaklukan pasukan Aru Barumnan yang berdasarkan laporan inteljen dari laskar Darmsraya, pasukan Aru Baruman memiliki pos penjagaan sepanjang Sungai Batanghari. Sungai Batang Hari yang berhilir [berhulu] di kawasan Sumatera Barat, tepatnya di Gunung Talang, Solok. Merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang sangat panjang, melintasi wilayah Minang Kabau. Hulu Sungai ini dimulai di Daerah Mudik Air, Sungai Dareh, ambahan, Siguntur, Sungai lansek, Sitiung, Padang Laweh, kemudian masuk ke wilayah Provinsi Jambi, dan seterusnya ke Timur sampai bermuara ke laut.
Membutuhkan strategi pertempuran sungai yang harus disusun secara cermat, maka diputuskan untuk mengunakan kapal Kelulus dan Penjajap yang akan dipersenjatai Lantaka dan Cetbang Majapahit.[6] Pasukan Jaladri[7] Majapahit yang dipimpin Mpu Nala akan menjadi pasukan pemukul strategis yang memiliki kemampuan matra darat dan laut. Sebagai pasukan yang akan mendahului penyerbuan dan mempersiapkan kedatangan, pasukan infanteri tombak dan panah yang dipimpin Adityawrman.
Armada Maritim Majapahit yang terdiri dari Jung jung raksasa akan membuang sauh di Samudera di muara sungai Batang Hari menjadi pusat komando, sambil pengawasi kondisi perairan mencegah bala bantuan kepada pasukan Aru Baruman yang mengusai Darmasraya.
Gajah Mada sebagai panglima tertingi Pasukan Majapahit dalam pertemuan Dewan Perang, telah menentukan hari penyerangan ke Darmsraya untuk membebaskan Negeri Mitra Stata tersebut dari cengkraman kesultanan Aru Baruman. Pasukan Jala Mangkara akan diterjunkan pertama untuk membuka jalur peperangan dan logistik bagi pasukan infanteri yang dipimpin oleh Adityawarman untuk mengusai Kerajaan Darmasraya. Dan pasukan Bhayangkara yang akan dipimpin oleh Tumenggung Pritha akan disertakan dalam penyerbuan ke Darmasraya sebagai pasukan pengawas selama operasi militer Pasukan Majapahit di Swarnabhumi. Dan mengesahkan Datuk Dango Hitam sebagai pasukan pendukung yang berasal dari Swarnabhumi sebagai pasukan yang akan bertempur Bersama Pasukan Majapahit.
Pada malam pekat dua puluh, campuran perahu Kelulus dan Lancaran armada Majapahit meluncur memasuki Batang Hari dengan kekuatan penuh. Pasukan Jala Mangkara Majapahit dipimpin Senapati Rangga Bango Ludra, seoran Senapati yang konon memiliki kemampuan tempur yang sangat mumpuni. Berdiri dengan tangan bersedekap di dada, berdiri di Haluan Kapal Kelulus milik pasukan Jala Mangkara yang berhias kepala Bajul /Buaya yang terlihat sangat suangar dan seolah menyatu dengan alam sekitar muara Batang Hari, yang terlihat buas dan menyeramkan karena di tumbuhi tanaman perdu yang menjulang seperti tangan-tangan mahluk gaib yang berkuku tajam akan mencabik-cabik mereka yang bermental penakut.
Pasukan Jala Mangkara akan melaksanakan tugas berat, yakni menyiapkan pengamanan dan menyiapkan pos pos logistik sepanjang Batang Bari. Dan melaksanakan tugai mengentai dan memetakan pasukan musuh. Rombongan tersebut akan dipecah-pecah menjadi beberapa kelompok kelompok lebih kecil yang di sebar merata untuk mengamankan jalur-jalur selama operasi militer di Darmasraya. Merekan membawa panah Sanderan (Panah yang mengeluarkan bunyi terentu, yang dapat dijadikan kode-kode tertentu, pada situasi tertentu yang sudah disepakati Bersama).
Berselang beberapa jam kemudian Puluhan campuran kapal Kelulus dan Penjajap, diberangkatkan yang berisi pasukan infanteri yang dipimpin oleh Senapati Lembu Para berpangkat Rangga, seorang prajurit yang menjadi pengawal setia Adityawarman. Memimpin ribuan pasukan Infanteri yang akan menyerang Darmasraya. Pasukan Infeteri akan dikirimkan bergelombang dengan komposisi yang berimbang antara pasukan pemanah dan pasukan bertombak. Untuk mengepung Kota Darmasraya memastikan kemenangan Pasukan Majapahit.
Pasukan yang dipimpin oleh Datuk Dango Hitam juga telah bergerak menempuh jalur darat secara bergerilya menuju kota Darmsraya. Dan Rombongan pasukan Bayangkara akan di berangkatkan pada giliran pertengahan dan akhir pengiriman Pasukan Majapahit ke Darmasraya.
Pengepungan dan penyerangan kota Darmasraya tidak menimbulkan kegaduhan kawula[8] Darmasraya karena secara diam-diam Pasukan Datuk Dango Hitam. Telah memberitahukan kepada kawula Darmasraya akan kedatangan Pasukan Majapahit untuk membebaskan Darmasraya dari tangan Kesultanan Aru Barumun.[9]
Pasukan Jala Mangkara berhasil mengamankan jalur pertahanan dan logistik Pasukan Majapahit, membuat Pasukan Infanteri yang dipimpin Rangga Lembu Para berhasil tiba di Kota Darmasraya dengan Selamat, dan Pasukan yang dipimpin oleh Tumenggung Pritha berhasil mengamankan keamanan Kuta Darmasraya.
Pada pagi yang cerah panah sanderan meraung-raung di langit Darmasraya, menandakan kegagalan perundingan antara Adityawarman dan Penguasa Aru baruman di Darmasraya. Pasukam Majapahit menerjang benteng pertahanan Aru Baruman. Pasukan Aru Baruman memberikan ketanguhan dan kepiawaian dalam bertarung tak kalah dari kemampuan Pasukan Majapahit.
Karna kalah Jumlah dan keterkejutan yang dialami Pasukan Aru Baruman di Darmasraya. Pasukan Adityawarman berhasil merebut Kembali Darmasraya pada tahun yang sama 1339. Menandai serangan awal di Swarnabhumi. Dan secara De facto Kerajaan Darmasraya diserahkan Majapahit kepada Adityawarman, Sang Pangeran Swarnabhumi.
Darmasraya2024
PEKIKHENING
Sumber Bacaan
1. Kerajaan Aru (Haru), Penguasa Maritim yang Terlupakan, jurnal Wacana 2013
2. Minangkabau; Dari Dinasti Iskandar Zulkamain Sampai Tuanku Imam Banjo! -Amir Sjarifoedin Tj.A.
3. Hikayat Raja Pasai: Ditransliterasi dan disunting oleh Ahmat Adam
4. MAJAPAHIT REVISITED: EXTERNAL EVIDENCE ON THE GEOGRAPHY AND ETHNOLOGY OF EAST
5. JAVA IN THE MAJAPAHIT PERIOD BRIAN E. COLLESS
6. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, Slamet Muljana
Admin hanya menambah dan menukar huruf yang salah ketik, kata dalam tanda [] ditambahkan oleh Admin, demikian juga dengan Catatan Kaki.
============
Catatan Kaki oleh Admin:
[1] Tentang Kesultanan Aru Barumun, silahkan klik DISINI
[2] Dalam sumber lokal (Minang) tidak pernah disebutkan perihal pendudukan oleh Kesultanan Aru ataupun dari kekuasaan asing lainnya. demikian pula dalam beberapa sumber sejarah yang telah banyak ditulis oleh para Sarjana. Satu-satunya penaklukan/ penjajahan yang tercatat ialah oleh Majapahit.
[3] Wilwatikta, merupakan nama lain Majapahit. Wilwa = buah Maja Tikta= Pahit
[4] Wong Melayu, tidak pernah dikenal di Alam Melayu, terutama di Minangkabau. Kata ini lazim digunakan di Bagian Selatan Pulau Andalas karena wilayah selatan paling sering diperangi dan dijajah oleh Jawa.
[5] Gelar resmi Jayanegara sebagai Raja Kedua Majapahit. Blesteran Melayu (Minang) - Jawa, masa pemerintahannya penuh tipu muslihat, pergolakan politik, dan pemberontakan. Sosoknya difitnah sebagai seorang raja yang tak becus, gila wanita (haus seks), jatuh hati kepada adik tirinya Tribuana Tungga Dewi, dan lain sebagainya. Sosoknya sangat dibenci karena tidak berdarah murni.
[6] Lantaka = meriap putar (selengkapnya DISINI). Cetbang = sejenis meriam (Selengkapnya DISINI)
[7] Jaladri, secara harfiah berarti Samudra. Kemungkinan ini merupakan Angkatan Laut Majapahit.
[8] Kawula (jawa), rakyat, anak nagari
[9] Hal yang sama juga dilakukan oleh pasukan Ahmad Yani dalam Ekspansi Militer terhadap Sumatera Tengah di tahun 1958 (PRRI). Kedatangan pasukannya tidak disadari oleh penduduk Bandar Padang, masyarakat Padang baru tahu kehadiran pasukan A Yani dikala pagi tatkala mereka membuka pintu rumah dan mendapati banyak pasukan sedang tiarap di halaman rumah mereka.