Foto: Nasional Tempo |
PALING AKHIR
Sejalan dengan kesaksian Serka Boengkoes dari eks Tjakra (komandan regu culik MT Hardjono); mengaku bahwa "Tawanan yang kami bawa, kami serahkan ke pasukan lain (pringgodani), tugas kami hanya menangkap" kata Boengkoes.
Nah, bagaimana nasib Tahanan-tahanan ini di tangan unit pasukan Pringgodani/Gatotkoco ??
Sudah pasti bernasib naas. Mereka dimasukkan ke rumah piket di sebelah Sumur tua, di sana mereka ditahan+diinterograsi (diambil sampel Keterangan) kemudian dieksekusi. Unit pasukan Pringgodani yang paling kejam dari yang terkejam dari segala penilaian. Dari merekalah yang membereskan tawanan-tawanan yg masih hidup.
Pierre A Tendean orang yang PALING AKHIR dibereskan oleh unit (Pringgodani) ini. Meskipun Doel Arif (pasopati) juga berperan dalam pemberesan.
Dari sampel Keterangan buku Jejak Sang Ajudan; Doel Arif memerintahkan Sukarya untuk menghabisi Tendean yang memang sudah kesusahan dalam menerima penyiksaan. Doel beranggapan penyiksaan atau eksekusi terhadap Tendean dianggap sebagai balasan atas lolosnya sasaran utama yaitu Jendral A.H Nasution. Maka dia (Doel Arif) merasa Tendean sangat pantas untuk ditembak mati.
Sebelum dieksekusi, Tendean masih sempat menyaksikan bagaimana para Jenderal-jenderal yang berhasil diculik itu diinterogasi dan dieksekusi. Setelah Jenderal-jenderal dieksekusi, Tendean dibawa keluar dari rumah interograsi.
Pratu Soepandi (eks Tjakra) menyaksikan bagaimana Tendean ditembak jarak dekat oleh Sersan Udara Kumin, Kodik dan Saiman (keduanya dari PR), tetapi Tendean belum tewas, badannya masih bergerak gerak.
Melihat kejadian itu PELDA DJAHURUB (komandan regu culik Jenderal Nasution) murka kepada Pratu Idris (orang yang menawan Piere pertama kali di paviliun ajudan). PELDA DJAHURUB mungkin merasa malu dihadapan perwira-perwira komandan regu culik lainnya karena dia adalah satu-satunya Komandan regu culik yang gagal menangkap sasaran utama.
Atas perintah Djahurub, Doel Arif, dan Gatot, Piere A Tendean dieksekusi Oleh Idris menggunakan pistol dengan berdiri dalam jarak 1 meter. Melancarkan tembakan akhir ke tengkuk kepala Pierre A Tendean. Tembakan Idris sebagai pelengkap dan penutup penderita Perwira pertama TNI-AD dari Czi yang notabene ajudan resmi Nasution, Jenderal dari kedinasan Militer.
Tendean langsung ditarik dicemplungkan ke sumur dengan posisi kepala di bawah kaki di atas dan tangan masih terikat di belakang. Mengenai posisi ini didasarkan sesuai dengan kesaksian team Kipam KKO TNI-AL saat mereka mengangkat jenazah dari dasar sumur. Para korban kesemuanya berada dalam posisi kepala di bawah kaki di atas dan bertumpukan satu sama lain karena kedalaman sumur 12 meter dengan diameter lubang 75 cm.