Pasukan TNI saat penumpasan makar PRRI/Permesta di Sumatera dan Sulawesi (via intisarionline) |
via intisarionline
TRIBUNBATAM.ID-Tahun 1958 hingga 1961 pemerintah
Indonesia dipusingkan dengan berbagai urusan mengancam kedaulatan negara
baik dari dalam maupun luar negeri. Belum juga selesai urusan merebut Irian Barat dari tangan 'Kompeni'
Belanda, republik juga harus berjibaku menghadapi pemberontakan cukup
serius dari Perdjuangan Rakjat Semesta dan Pemerintahan Revolusioner
Republik Indonesia (Permesta & PRRI). Cukup serius karena pemberontakan ini berskala besar yang berpusat di pulau Sulawesi dan Sumatera.
Maka Maret 1958 TNI menggelar operasi militer skala besar untuk menggulung kekuatan Permesta dan PRRI yang memiliki basis kuat di Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Operasi militer tersebut bernama Operasi Tegas.
Sasaran yang disasar dalam operasi Tegas ini adalah merebut dan menguasai Riau. Dipilihnya Riau sebagai sasaran operasi karena posisi Riau cukup strategis lantaran berbatasan dengan jalur lalu lintas laut internasional.
Menguasai Riau juga akan menutup kemungkinan pemberontak melarikan diri melalui selat Malaka.
Selain itu di Riau juga ada perusahaan minyak Caltex milik Amerika Serikat. TNI melibatkan semua unsur baik darat, laut dan udara bahkan Polri ikut disertakan demi menyukseskan operasi militer ini.
Belum juga operasi dilancarkan, Duta Besar AS untuk Indonesia saat itu, Howard Jones bersama beberapa petinggi Caltex bertolak ke Jakarta bertemu Perdana Menteri Juanda. Howard dan pejabat Caltex bermaksud memberitahu Juanda jikalau banyak warga dan investasi AS berada di Riau. Ia khawatir jika operasi Tegas dilancarkan maka akan membahayakan jiwa warga AS dan investasi mereka disana.
Selanjutnya Howard juga menyampaikan isyarat ancaman bernada getir bahwa Angkatan Laut AS yang berpangkalan di Pasifik (Armada Ketujuh), kesatuan militer Inggris di Singapura dan Marinir AS akan bersiaga di perairan Riau. Mereka akan menyerbu masuk ke Riau mengamankan investasi dan warga AS jika dalam operasi Tegas militer Indonesia tidak mampu mengendalikan situasi.
Belum jelas reaksi Juanda mengenai hal ini, namun satu yang pasti. Dini hari 12 Maret 1958 TNI melancarkan operasi Tegas. Semua alutsista terbaik TNI dikerahkan macam pesawat pemburu P-51 Mustang, pembom B-25 Mitchell dan lainnya. Tak ketinggalan pasukan elit TNI seperti Kopassus, Paskhas dan Marinir juga turut serta dalam operasi ini. Sedangkan Komandan operasi ialah Letkol (AD) Kaharudin Nasution,Wakil I Letkol (AU) Wiriadinata, dan Wakil II Mayor (AL) Indra Subagyo.
Serangan mendadak militer Indonesia berhasil membuat kacau balau pertahanan Permesta dan PRRI, banyak anggota pemberontak menyerah sebelum melakukan perlawanan.
Operasi sukses, pemberontakan berhasil dipadamkan. Setelah dilakukan pengecekan, ternyata terdapat banyak persenjataan canggih macam rifle Garand, Springfield, Recoilless dan Bazooka dalam kondisi gress alias baru buatan Amerika yang dipakai oleh pemberontak PRRI. Hal ini semakin menunjukkan bahwa Amerika melalui CIA nya ikut mendukung Permesta dan PRRI.
Sejatinya Operasi Tegas juga merupakan respon pemerintah Indonesia yang memang mengetahui bahwa Amerika Serikat ikut mendukung dibalik layar pemberontakan Permesta/PRRI. Sebab, Mei 1958 sebelum operasi Tegas dilakukan seorang pilot bayaran CIA bernama Allen Lawrence Pope dengan pesawat pembom B-26 Invader berhasil ditembak jatuh setelah sebelumnya melakukan berbagai serangan terhadap kesatuan militer Indonesia di Donggala, Ambon, Balikpapan dan Ternate.
Allen Pope masih hidup ketika pesawatnya ditembak jatuh, ia kemudian ditangkap oleh pihak berwenang Indonesia. (*)
Sasaran yang disasar dalam operasi Tegas ini adalah merebut dan menguasai Riau. Dipilihnya Riau sebagai sasaran operasi karena posisi Riau cukup strategis lantaran berbatasan dengan jalur lalu lintas laut internasional.
Menguasai Riau juga akan menutup kemungkinan pemberontak melarikan diri melalui selat Malaka.
Selain itu di Riau juga ada perusahaan minyak Caltex milik Amerika Serikat. TNI melibatkan semua unsur baik darat, laut dan udara bahkan Polri ikut disertakan demi menyukseskan operasi militer ini.
Belum juga operasi dilancarkan, Duta Besar AS untuk Indonesia saat itu, Howard Jones bersama beberapa petinggi Caltex bertolak ke Jakarta bertemu Perdana Menteri Juanda. Howard dan pejabat Caltex bermaksud memberitahu Juanda jikalau banyak warga dan investasi AS berada di Riau. Ia khawatir jika operasi Tegas dilancarkan maka akan membahayakan jiwa warga AS dan investasi mereka disana.
Selanjutnya Howard juga menyampaikan isyarat ancaman bernada getir bahwa Angkatan Laut AS yang berpangkalan di Pasifik (Armada Ketujuh), kesatuan militer Inggris di Singapura dan Marinir AS akan bersiaga di perairan Riau. Mereka akan menyerbu masuk ke Riau mengamankan investasi dan warga AS jika dalam operasi Tegas militer Indonesia tidak mampu mengendalikan situasi.
Belum jelas reaksi Juanda mengenai hal ini, namun satu yang pasti. Dini hari 12 Maret 1958 TNI melancarkan operasi Tegas. Semua alutsista terbaik TNI dikerahkan macam pesawat pemburu P-51 Mustang, pembom B-25 Mitchell dan lainnya. Tak ketinggalan pasukan elit TNI seperti Kopassus, Paskhas dan Marinir juga turut serta dalam operasi ini. Sedangkan Komandan operasi ialah Letkol (AD) Kaharudin Nasution,Wakil I Letkol (AU) Wiriadinata, dan Wakil II Mayor (AL) Indra Subagyo.
Serangan mendadak militer Indonesia berhasil membuat kacau balau pertahanan Permesta dan PRRI, banyak anggota pemberontak menyerah sebelum melakukan perlawanan.
Operasi sukses, pemberontakan berhasil dipadamkan. Setelah dilakukan pengecekan, ternyata terdapat banyak persenjataan canggih macam rifle Garand, Springfield, Recoilless dan Bazooka dalam kondisi gress alias baru buatan Amerika yang dipakai oleh pemberontak PRRI. Hal ini semakin menunjukkan bahwa Amerika melalui CIA nya ikut mendukung Permesta dan PRRI.
Sejatinya Operasi Tegas juga merupakan respon pemerintah Indonesia yang memang mengetahui bahwa Amerika Serikat ikut mendukung dibalik layar pemberontakan Permesta/PRRI. Sebab, Mei 1958 sebelum operasi Tegas dilakukan seorang pilot bayaran CIA bernama Allen Lawrence Pope dengan pesawat pembom B-26 Invader berhasil ditembak jatuh setelah sebelumnya melakukan berbagai serangan terhadap kesatuan militer Indonesia di Donggala, Ambon, Balikpapan dan Ternate.
Allen Pope masih hidup ketika pesawatnya ditembak jatuh, ia kemudian ditangkap oleh pihak berwenang Indonesia. (*)
Artikel ini telah tayang di tribunbatam.id dengan judul Aksi TNI Habisi Makar PRRI/Permesta Bikin Militer Amerika Kalang Kabut. Ini Kisah di Baliknya!, https://batam.tribunnews.com/2018/07/03/aksi-tni-habisi-makar-prripermesta-bikin-militer-amerika-kalang-kabut-ini-kisah-di-baliknya?page=all.
_______________________________
Sebagai pembanding, sebaiknya dibaca:
- 109. Sjafruddin Prawiranegara dalam Dua Zaman
- 110. PRRI DALAM DEKADE PERGOLAKAN DAERAH TAHUN 1950-an.