Oleh: H. si Am Dt. Soda
Disalin dari: http://prri.nagari.or.id/paneh.php
Pembakaran rumah di Parambahan pada hari Sabtu.
Hari Sabtu, musuh kembali
Tiada ditemukan penduduk laki-laki
Ope-er dan tentara marah sekali
Mereka berteriak memaki maki
Berkeliling kampung berteriak-teriak
Rakyat dilarang membantu pemberontak
Siapa melawan akan ditembak
Tidak peduli Niniak-Mamak
Rumah Gadang saling berjejeran
Di tepi jalan berhadap-hadapan
Di kaki bukit nagari Parambahan
Rancak dilihat dari kejauhan
Ketika rumah akan dibakar
Para penghuni disuruh keluar
Musuh membentak secara kasar
Yang membantah langsung ditampar
Ada nenek andung-andung
Menjatuhkan diri bergulung-bergulung
Lalu menangis meraung-raung
Melihat musibah terjadi di kampung
Perlu diketahui anak cucu
Nagari Parambahan menjadi abu
Tiada tersisa satu pintu
Pembakaran terjadi di hari Sabtu
Belum didata secara benar
300 bangunan perhitungan kasar
Rumah Surau serta Langgar
Habis musnah karena dibakar
Sudah ketetapan ilahi Robbi
Hanya mesjid tetap berdiri
Bisa selamat sampai kini
Menjaga iman anak nagari
Sesudah musuh kembali ke Solok
Orang berunding dalam kelompok
Tentang bantuan yang mungkin cocok
Untuk dibawa saat menengok
Ketika melawan perbuatan batil
Walaupun tidak menyandang bedil
Semua orang merasa terpanggil
Ikut pula Muchlis kecil
Muchlis Hamid dan kawan kawan
Pergi menjenguk ke nagari Parambahan
Sambil membawa sedikit bantuan
Nasi bungkus serta pakaian
Tampak hewan banyak yang mati
Ada Kerbau, Kambing dan Sapi
Hangus terpanggang nyala api
Karena dikebat tak bisa lari
Beginilah sifat anak-anak
Kalau berkawan ajak-mengajak
Perjalanan lanjut ke Batu Karak
Lokasi ijok Bapak-bapak
Karena Parambahan menjadi abu
Batu Karak tempat yang baru
Pengungsi datang satu persatu
Disertai Ulama dengan pangulu
Di jalan sepi sangat lengang
Tiada banyak terlihat orang
Tampak satu-dua para pedagang
Membawa kebutuhan bermacam barang
Di tepi jalan menuju nagari Parambahan.
Pemandangan umum yang jelas tampak
Sarana jalan telah dirusak
Konvoi musuh sering terjebak
Menjadi objek sasaran tembak
Di Batu Karak Muchlis bertanya
Tentang Engku Mudo Yahya
Guru mencakup sebagai Ulama
Biasa dipanggil sebagai Buya
Syukur alhamdullillah Buya selamat
Dalam kondisi sehat walafiat
Hanya sedikit tampak pucat
Kurang tidur, bekerja berat
Di tempat umum Buya berceramah
Mengenai kondisi, keadaan pemerintah
Presiden Soekarno dipihak yang salah
Berkonco erat, dengan Kaum Merah
_________________________________
Disalin dari: http://prri.nagari.or.id/paneh.php