Ilustrasi Gambar: https://www.facebook.com |
Setiap hari rakyat yang jadi korban Corona (Covid-19) berguguran. Kematian kini bukan lagi hanya karena ganasnya Virus Corona, Tapi juga karena terlambat penanganan, akibat jadi PDP ( Pasien Dalam Pengawasan/ pasien terduga Corona).
Banyak pasien yang harusnya di operasi segera, harus cuci darah segera, harusnya dirawat diruang biasa dan banyak kasus lainnya. Namun karena ketakutan pasien terjangkit Covid-19, saat ada gejala atau pemeriksaan penunjang yang mengarah Covid-19, akhirnya semua tertunda.
Pasien diisolasi dan diperlakukan dulu sebagai PDP sampai terbukti bukan Covid-19. Adalah dilema [bagi] kami [Tim medis] para penentu diagnosis saat dihadapkan kasus-kasus seperti ini. Contoh kasus Pasien Cuci Darah yang masuk kriteria PDP. Jika pasien belum bisa disingkirkan [diturnkan statusnya] sebagai PDP, maka pasien akan tetap tertunda untuk cuci darah, padahal harus segera.
Jika kami paksakan pasien segera cuci darah dan ternyata kemudian hasil [test] Covid-19nya positif. Maka pasien cuci darah lain yang satu ruangan, mesin Cuci darahnya dan semua tenaga medis disana bisa terpapar Covid-19 juga. Sementara pasien yang Cuci darah itu mereka adalah pasien yg rentan kena infeksi dan alat yang terpapar, jadi tidak bisa digunakan lagi untuk pasien lain.
Contoh kasus lagi, pasien rencana operasi segera untuk selamatkan nyawanya, namun pasien memiliki gejala dan [hasil] rongent mengarah Covid-19 sehingga jadi PDP. Sungguh jadi dilema sekali. Ditunda operasinya, maka jiwa pasien bisa tidak tertolong. Namun bila dioperasi, jika memang pasien Covid-19, pasien bisa mengalami gagal napas di meja operasi sementara di RS kami tidak tersedia ruang ICU khusus Covid-19. Belum lagi akibat operasi pasien Covid-19, semua tenaga kesehatan disana, juga alat dan ruangan operasi bisa terpapar oleh Virus. Alat dan ruangan yang dipakai operasi pasien Covid-19 tadi tidak bisa digunakan lagi untuk pasien lainnya, padahal masih banyak pasien yang antri untuk operasi.
Demikian pilihan sulit yang kami alami, jadi beban mental yg membuat kami cukup stress menghadapinya. Kesedihan kami ketika tidak berdaya untuk menyelamatkan pasien sendiri. Covid-19 ini benar-benar penyakit baru, walau banyak literatur dari luar negeri yang bisa jadi acuan, walau sudah ada pedoman yang dibuat oleh perhimpunan dan kemenkes. Namun fakta dilapangan banyak kasus yang tetap sulit ditegakkan apalagi dalam waktu singkat.
Saat ini kasus yang terjadi hampir kebanyakan "local transmisi" sehingga acuan riwayat perjalanan ke Luar Negeri dan Daerah Wabah sudah tidak lagi menjadi syarat menegakkan diagnosis. Bahkan semua gejala klinis yang berhubungan dengan infeksi pernapasan bisa tidak dialami pasien.
Beberapa kasus dari teman sejawat, pasien masuk malah dengan dispepsia, DHF, penurunan kesadaran, Gangguan ginjal, pasien operasi, dan lain-lain yang baru diketahui setelah pasien dirawat atau paska operasi yang tiba-tiba terjadi perburukan. Inilah yang membuat kasus pasien PDP jadi meningkat.
Kami butuh alat pendukung yang bisa membantu segera untuk menentukan bahwa pasien PDP bukan Covid-19 positif. Pemeriksaan Rapid Test PCR dengan cara Swab saat ini sulit diperoleh, kendala sering karena tidak tersedianya VTM (virus media transport) belum lagi hasil pemeriksaan yang lama kami peroleh, paling cepat 5 (lima) hari. Sebenarnya bukan pemeriksaan sampelnya yang lama, tapi antriannya yang lama akibat mesin pemeriksa dan tenaga ahlinya terbatas.
Rapid Test serologi walau tidak bisa dipakai untuk diagnosis pasti Covid-19, tapi lumayan membantulah, tapi ini juga tidak selalu tersedia.
Untuk pemerintah..
Demi menyelamatkan banyak jiwa pasien kami, perbanyaklah laboratorium yang bisa segera melakukan pemeriksaan rapid test PCR sehingga banyak pasien yang bisa terselamatkan. Karena makin banyak PDP makin banyak pasien yang meninggal karena tertunda penanganannya.
Untuk teman sejawat..
Tetap semangat dan bersabar, jaga selalu kesehatan diri. Hindari paparan virus dg segala upaya. Lebih baik berlebihan dalam melindungi diri, karena jika sakit, kita adalah kelompok yang paling beresiko kematian.
NB : Saat ini dilapangan, sementara kita bisa gunakan sistem skore dibawah ini dalam membantu tegakkan pasien PDP. Silahkan mencoba, semoga manfaat.
Untuk rakyat Indonesia..
Semoga makin paham masalah yang kami hadapi saat mencoba membantu kalian. Sungguh pilihan sulit bagi kami dalam hadapi wabah ini, belum lagi masalah lain yang harus kami hadapi. Seperti langkanya APD, kurangnya jumlah tenaga medis, dan lain lain yang menambah panjang daftar simalakama profesi kami.
" STAY At HOME Please.. For You and For Us "
Salam sehat, Salam Indonesia..
Dr Eva Sridiana SpP
__________________________
Disalin dari kiriman facebook Eva Sridiana, SpP
Diterbit pada 4 April 2020