Sumber: https://www.facebook.com |
|| TELADAN HEBAT DARI ANAK GAZA ||
Kanak-kanak super di Gaza
sangat bisa dijadikan panutan. Salah satu contohnya adalah kanak-kanak 12
tahun bernama Anas, yang kisahnya akan diulas dalam kabar Palestina hari
ini.
Cuaca di luar terasa dingin dan angin cukup kencang, namun
Anas tetap membuat dirinya sibuk. Kanak-kanak itu harus menyiapkan minuman
untuk orang-orang di daerah pelabuhan Kota Gaza. Di musim panas, ia
menjual jus buah dan es krim, sementara di musim dingin ia menjual; teh,
kopi, dan sahlab (minuman tradisional Timur Tengah).
Anas menjalankan tugas ini bersama abang laki-lakinya, setiap petang hari. Sementara itu, ia pergi ke sekolah di pagi harinya.
“Aku biasanya tidak mengerjakan PR sampai petang hari,” ungkapnya. “Tapi jika ada ujian besok harinya, aku membawa buku untuk belajar saat bekerja. Aku belajar ketika memiliki sepuluh menit waktu senggang.”
Walaupun masih berusia muda, Anas harus mencari nafkah untuk keluarganya. Ia memiliki lima saudara kandung. Ayah mereka, Adham, berada dalam kondisi kesehatan yang buruk dan sudah lama tidak bekerja.
“Aku bersyukur bahwa kedua putraku dapat bekerja, sehingga kami dapat bertahan di situasi yang sangat sulit ini,” ucap Adham. “(Kondisi) ini sangat sulit bagi mereka. Akan tetapi, ini lebih baik dibandingkan mengemis untuk uang.”
Lembaga pemantau dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), OCHA, telah memberitahukan bahwa pekerja anak merupakan “mekanisme yang biasa digunakan untuk meredakan kemiskinan” di Gaza.
OCHA telah mengutip data yang menunjukkan bahwa lebih dari 4.800 dari 370.000 anak usia antara 10 dan 17 tahun, bekerja paruh waktu di Gaza selama tahun 2018. Selain itu, lebih dari 1.500 anak di kelompok usia tersebut bekerja saat bersekolah.
Data tersebut mengindikasikan bahwa sedikitnya 2 persen anak di Gaza bekerja paruh waktu atau purnawaktu. Akan tetapi, proporsi sebenarnya cenderung lebih tinggi. OCHA mengakui bahwa tidak ada data statistik yang menunjukkan jumlah spesifik anak-anak di bawah usia 10 tahun – yang harus bekerja.
Inilah kondisi nyata dari wilayah pemblokadean Jalur Gaza. Anak-anak muda itu harus dewasa lebih cepat, demi keluarga yang tercukupi dan terlindungi dari tingkat kemisikinan yang menggerogoti.
Source : PalestineUpdate
______________________________________
Disalin dari: Syam Organizer
Tanggal: 11 Januari 2020
“Aku biasanya tidak mengerjakan PR sampai petang hari,” ungkapnya. “Tapi jika ada ujian besok harinya, aku membawa buku untuk belajar saat bekerja. Aku belajar ketika memiliki sepuluh menit waktu senggang.”
Walaupun masih berusia muda, Anas harus mencari nafkah untuk keluarganya. Ia memiliki lima saudara kandung. Ayah mereka, Adham, berada dalam kondisi kesehatan yang buruk dan sudah lama tidak bekerja.
“Aku bersyukur bahwa kedua putraku dapat bekerja, sehingga kami dapat bertahan di situasi yang sangat sulit ini,” ucap Adham. “(Kondisi) ini sangat sulit bagi mereka. Akan tetapi, ini lebih baik dibandingkan mengemis untuk uang.”
Lembaga pemantau dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), OCHA, telah memberitahukan bahwa pekerja anak merupakan “mekanisme yang biasa digunakan untuk meredakan kemiskinan” di Gaza.
OCHA telah mengutip data yang menunjukkan bahwa lebih dari 4.800 dari 370.000 anak usia antara 10 dan 17 tahun, bekerja paruh waktu di Gaza selama tahun 2018. Selain itu, lebih dari 1.500 anak di kelompok usia tersebut bekerja saat bersekolah.
Data tersebut mengindikasikan bahwa sedikitnya 2 persen anak di Gaza bekerja paruh waktu atau purnawaktu. Akan tetapi, proporsi sebenarnya cenderung lebih tinggi. OCHA mengakui bahwa tidak ada data statistik yang menunjukkan jumlah spesifik anak-anak di bawah usia 10 tahun – yang harus bekerja.
Inilah kondisi nyata dari wilayah pemblokadean Jalur Gaza. Anak-anak muda itu harus dewasa lebih cepat, demi keluarga yang tercukupi dan terlindungi dari tingkat kemisikinan yang menggerogoti.
Source : PalestineUpdate
______________________________________
Disalin dari: Syam Organizer
Tanggal: 11 Januari 2020