Oleh: H. si Am Dt. Soda
Disalin dari: http://prri.nagari.or.id/paneh.php
Engku Sawi ditembak, Orang Muaro Paneh merasa Kehilangan
Setiap Apri melakukan patroli
Sawi diincar dicari-cari
Ketika bertemu di daerah Kinari
Sawi ditembak, dibunuh mati
Nama lengkapnya Sawi Renyu
Sopan santunnya patut ditiru
Takutnya hanya kepada ibu
Sangat memuliakan para tamu
Punya anak bernama Emi
Gadis kecil lucu sekali
Sudah lancar kalau mengaji
Dilatih langsung oleh Umi
Orang kampung semua kenal
Setiap waktu Sawi beramal
Mencari uang secara halal
Dengan sedikit persiapan modal
Dahulu Pasar, kini Market
Sawi berjualan tak pakai target
Tiada pula istilah Omzet
Apalagi bisnis memakai internet
Tak semua orang bisa mampu
Membuat sandal dan sepatu
Mengolah sendiri bahan baku
Dari jangat kulit Lembu
Banyak kerabat saudara sendiri
Terkadang berutang, dibayar nanti
Menunggu panen, hasil Padi
Atau dibayar, sekarung Ubi
Pedoman hidup orang Muaro Panas
Dalam melaksanakan setiap aktivitas
Hablumminallah Wahamblumminannas
Sawi memahaminya secara luas
Tiba waktunya masa perang
Inilah petuah adat Minang
Tuah sakato, celaka bersilang
Sawi berperan di garis belakang
Mencari simpati dengan halus
Ketika berjuang dengan tulus
Memakai sarana orkes gambus
Iramanya terdengar sangat bagus
Begini lirik lagu si Sawi
Anti Indonesia billadi
Anti’ul wanul faqoma
Kalau ditafsirkan kira kira begini
Indonesia negara kami
Di sanalah aku tegak berdiri
Menurut pesan orang tua-tua
Malang terjadi dalam seketika
Waktu Sawi mengayuh sepeda
Terjadi sesuatu tidak dikira
Niat dihati menemui kerabat
Di Kinari yang cukup dekat
Ada patroli tentara Pusat
Sawi berhenti karena dicegat
Dia bernasib sangat malang
Disuruh berjongkok tangan kebelakang
Lalu ditodong pakai senapang
Bedil meletus, nyawa melayang
Ketika korban ditembak mati
Dalam jarak dekat sekali
Peluru menembus pembuluh nadi
Darah mengalir tak mau henti
Jenazah dibawa ke rumah panjang
Di Muaro Paneh di Pasar Usang
Mantari Udin segera datang
Melihat kepala telah berlubang
Kepala berlubang mengeluarkan darah
Terus mengalir tak bisa dicegah
Karena arteri banyak yang pecah
Disumbat kapas langsung basah
Kisah diceritakan kepada penulis
Oleh dunsanak bernama Muchlis
Melihat sendiri peristiwa sadis
Perbuatan oknum simpatisan Komunis
_________________________________
Disalin dari: http://prri.nagari.or.id/paneh.php