Foto: kaeden |
INSTAGRAMABLE,
Menteri Pariwisata Arif Yahya[1] paling senang dengan kata itu, ditambah sejumput teori (yang harusnya telah dipelajari oleh mahasiswa tingkat dasar di Akademi Pariwisata) teori aneh 3A, Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas.
Lupakan Arief Yahya, yang bersangkutan tidak lagi menteri sekarang. Akan tetapi, jejaknya ada di sana-sini, inlander-inlander[2] berpakaian seragam mengubah apa saja jadi instagramable, atas nama pariwisata, atas nama kepantingan bersama, atas nama pembangunan.[3]
Anda bisa datang ke Lembah Harau yg Instagramable, Harau Dream Park (taman mimpi, Mimpi kita adalah untuk segera berada di Eropa,). Rumah-rumah Norwegia, jembatan San Fransisco, Anda bisa berswafoto di menara Eiffel. Tapi bukan Eiffel di Paris, kota para penghasut yang berkait erat dengan sifilis, 'le mal francais'.[4] Kota yang mulanya bergerak dari perdagangan yang ternoda, korup, tempat suram dengan perairan yang kotor. Ini Harau, Luak Nan Bonsu, buminyo sajuak aianyo janiah ikannyo jinak.[5]
Di Harau, anda menemukan Eropa, Eropa yang seperti apa? Saya pastikan, Anda akan kesusahan menemukan 'red light districk'[6] di Harau, atau jangan-jangan telah ada? Airnya jernih ikannya jinak, sejinak di "red light districk"? Walaupun mengoleksi Menara Eiffel, Anda tidak akan menemukan puisi Les Chants de Maldoror yg ditulis Ducasse di tahun 1868, sebagai wujud dari seorang pahlawan, pembunuh, impoten dan penyembah setan. Harau, luak nan bonsu, tentu beda adatnya, tidak tumbuh sebagaimana kota-kota di Eropa, Pak Kepala Dinas!
Datanglah ke Harau, susudara. Lihat, negara hadir di atas tanah nenek moyang yang cantik, sekarang dipercantik lagi dengan nuansa Korea, Jepang, Eropa. Dan sebentar lagi akan turun salju di Harau, lupakan saluang, Geisha akan menari. Investor telah datang, mari menjual tanah, Datuk!
Kata teman saya @asih: failed nation! [Bangsa yang Gagal]
Revolusi Industri di Eropa sudah lama sekali selesai, bahkan orang Eropa telah lupa. Dan kita berdengung dengan Revolusi Industri 4.0 New direction for Indonesia: bikin produk wisata, buat yang instagramable, dan viralkan. Arief Yahya tahu itu. Dan Arief mungkin juga tahu Vacquer, seorang fanatik yang menggebu-gebu menemukan kenyamanan dalam sebuah kota rahasia yang ditemukannya di Eropa 1869.
Bukankah ada 'nuansa' (kata pantek apa itu, nuansa), Eropa di tengah Lembah Harau yang sunyi dipagut tebing-tebing, adalah sebuah penemuan juga, Arief Yahya?
_Fatris MF, pernah ke Harau.
Anda pernah ke sini, Pak ? Bu, Neng, Ncuk, ntek, kak, ni, Mba, cu, mas, kakang, uda, kabau, sipasan, buayo patah gigi, biawak kasek, uwia-uwia mintak gatah, talegu anyuik, siampa terhormat, borjuis-borjuis dati II, raja-raja kecil, lintah bukit barisan, wan, nyiak, karek'an...
Disalin dari kiriman FB: Fatris MF
Catatan kaki oleh Admin:
[1] Menteri Pariwisata Kabinet Kerja Jokowi-JK, masa 2014 - 2019
[2] Kata ini dari Bahasa Belanda, artinya Pribumi. Namun kemudian kata ini mengalami perluasan makna menjadi suatu sikap 'mentalitas' terbelakang yang bertentangan dengan perkembangan kemajuan. Sebagai contoh: Bung Hatta yang dijuluki "Manusia Jam" oleh Tokoh Wartawan Muchtar Lubis sangat kesal dengan kebiasaan terlambat dalam menghadiri temu janji dan beliau yang terkenal tak pernah marah (menunjukkan emosi) cukup menegur dengan kata "inlander" pada orang yang dituju yang dimaksudkan sebagai 'teguran'.
[3] "Pembangunan" merupakan salah satu mantra sakti dan mujarab pada masa sekarang ini. Mantra lain sebut saja 'infrastruktur', 'PAD', dan lain sebagainya
[4] Sefilis ialah sejenis penyakit kelamin yang merebak karena seks bebas.
"le mal francais" secara harfiah berarti "Kejahatan Perancis" atau dalam Bahasa Inggris diterjemahkan menjadi "French Evil". Kata ini juga merujuk pada sebuah buku dengan judul sama.
[5] Luhak Nan Bonsu dalam Bahasa Minangkabau logat Limo Puluah Koto atau 'Luhak Nan Bunsu'. Yang digambarkan dalam tambo dengan: buminyo sajuak, aianyo janiah, ikannyo jinak.
[6] red light districk merupakan sebuah kawasan di Belanda yang terkenal sebagai tempat maksiat (prostitusi). Di Kawasan ini terdapat toko seks, klub telanjang, teater dewasa. Dalam banyak kasus juga dikaitkan dengan perlontean jalanan. Red-ligh berasal dari kata 'lampu mereh' yang digunakan sebagai rambu rumah pelacuran.